PENGERTIAN MORAL

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin.

Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.

‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

By yurzierita

EVALUASI DALAM BELAJAR

EVALUASI BELAJAR DAN

PEMBELAJARAN

Penilaian dalah salah satu komponen dalam proses pembelajaran, yang meliputi:

(1).         Tujuan pembelajaran,

(2).         Metode pembelajaran,

(3).         Penilaian hasil belajar.

1.    PENGERTIAN, KEDUDUKAN, DAN SYARAT-SYARAT UMUM EVALUASI

a.      Pengertian Penilaian

Pengukuran/penilaian adalah suatu upaya untuk mengetahui berapa banyak hal-­hal telah dimiliki oleh siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh guru. Pengertian ini menunjukkan bahwa pengukuran bersifat kuantitatif. Pengukuran bermaksud menentukan luas, dimensi, banyaknya derajat atau kesanggupan suatu hal atau benda. Tugas pengukuran berhenti pada mengetahui “berapa banyak pengetahuan yang telah dimiliki siswa”, tanpa memperhatikan arti dan penafsiran mengenai banyaknya pengetahuan yang dimiliki itu. Apabila hasil pengukuran itu ditafsirkan

 

b.      Kedudukan Evaluasi dalam Proses Pendidikan

Penilaian meliputi semua aspek batas belajar. Menurut Schwartz dan kawan-kawannya, penilaian adalah suatu program untuk mem­berikan pendapat dan penentuan arti atau faedah suatu pengalaman. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah pengalaman yang diper­oleh berkat proses pendidikan. Pengalaman tersebut tampak pada perubahan tingkah laku atau pola kepribadian siswa. Jadi pengalaman yang diperoleh siswa adalah pengalaman sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Dalam hal ini, penilaian adalah suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah men­capai tujuan belajar dan pembelajaran.

 

c.      Syarat-syarat Umum Evaluasi

Penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut  (1). Memiliki validitas, (2). Mempunyai reliabilitas, (3). Objektivitas, (4). Efisiensi, dan (5). Kegunaan/ Kepraktisan.

Validitas. Artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur tekanan udara dan tidak tepat bila digunakan untuk mengukur temperatur udara. Demikian pula suatu tes memiliki suatu validitas bila tes itu benar-benar mengukur hal yang hendak di tes.

Sebuah tes inteligensi, validitasnya dapat diperkirakan dengan kriteria lain, yakni dengan ukuran yang diprakirakan oleh guru. Misal­nya seorang guru telah lama bergaul dengan siswa tertentu. Dia dapat melihat kapasitas siswa itu berada di bawah pengawasannya. Apabila antara hasil tes dengan pendapat guru tak seberapa berbeda (kore­lasinya tinggi), maka dapat dinyatakan bahwa tes itu mempunyai validi­tas yang tinggi.

Kriteria lain yang dapat digunakan untuk mengukur validitas tes itu ialah membandingkannya dengan hasil yang telah diperoleh oleh seorang ahli lain. Jadi validitas suatu tes menunjukkan ukuran/tingkat di mana tes itu dapat dipergunakan untuk mengukur suatu tujuan objek tertentu.

Reliabilitas. Suatu alat evaluasi memiliki reliabilitas, bila me­nunjukkan ketetapan hasilnya. Dengan kata lain, orang yang akan dites itu akan mendapat skor yang sama bila dia dites kembali dengan alat uji yang sama.

Reliabilitas suatu tes biasanya dinyatakan dengan koefisien kore­lasi. Suatu alat evaluasi yang tinggi bila reliabilitasnya menunjukkan koefisien korelasi 1.00, sedangkan tes yang reliabilitasnya rendah mempunyai koefisien korelasi 0.00.

Untuk mengetahui besar kecilnya reliabilitas suatu tes dapat di­tempuh berbagai cara, yakni dengan cara mengulangi kembali tes itu (test-retest), atau dengan cara comparable forms atau split halves method. Pendek kata, semua alat evaluasi yang digunakan oleh guru harus cukup reliabel sekalipun tidak begitu tinggi.

Objektivitas. Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya interpretasi yang tidak ada hubungan­nya dengan alat evaluasi itu. Guru harus menilai siswa dengan kriteria yang sama bagi setiap pekerjaan tanpa membeda-bedakan si A atau si B dan seterusnya.

Selain dari itu, interpretasi siswa terhadap instruksi dalam alat evaluasi harus sama, instruksinya harus jelas dan tegas, tidak me­nimbulkan interpretasi yang berbeda-beda.

Objektivitas dalam penilaian sering diperlukan dalam mengguna­kan : questioner, essay test, observation, rating scale, check list dan alat-alat lainnya.

Sering terjadi suatu alat evaluasi yang dibuat oleh seorang guru menimbulkan berbagai interpretasi, sehingga hasilnya sangat berbeda­-beda, karena setiap siswa mempunyai interpretasinya masing-masing terhadap alat tersebut. Perbedaan interpretasi itu mungkin disebabkan adanya istilah-istilah yang sulit dipahami. Untuk menghindarkan kesalahpahaman ini, perlu dilakukan percobaan terlebih dulu dan me­netapkan kriteria untuk mengontrol hasilnya.

Objektivitas juga diperlukan pada waktu membuat skor hasil tes. Guru harus menggunakan kriteria yang sama.

Efisiensi. Suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa membuang waktu dan uang yang banyak. Ini tidak berarti, bahwa evaluasi yang memakan waktu, usaha dan uang sedikit dianggap alat evaluasi yang baik. Hal ini tergantung pada tujuan penggunaan alat evaluasi dan banyaknya siswa yang dinilai dan sebagainya.

Suatu alat evaluasi diharapkan dapat digunakan dengan sedikit biaya dan usaha yang sedikit, dalam waktu yang singkat, dan hasil yang memuaskan. Efisiensi dapat dicapai dengan cara :

Si penilai mampu memilih alat yang tepat untuk tujuan tertentu.

Si penilai dapat mempertimbangkan perlu tidaknya mempergunakan beberapa macam alat penilai.

Si penilai hanya memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan tujuan yang sama.

Kegunaan/Kepraktisan. Ciri lain dari alat evaluasi ialah useful­ness (harus berguna). Untuk memperoleh keterangan tentang siswa, sehingga guru dapat memberikan bimbingan sebaik-baiknya bagi para siswanya.

 

2.      EVALUASI HASIL BELAJAR

Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil be­lajar menunjukpada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.

a.      Fungsi dan Tujuan Evaluasi Hasil Belajar

Fungsi evaluasi hasil belajar :

1).   Untuk diagnostik dan pengembangan. Hasil evaluasi menggam­barkan kemajuan, kegagalan dan kesulitan masing-masing siswa. Untuk menentukan jenis dan tingkat kesulitan siswa serta faktor penyebabnya dapat diketahui dan hasil belajar atau hasil dari evaluasi tersebut. Berdasarkan data yang ada selanjutnya dapat didiagnosis jenis kesulitan apa yang dirasakan oleh siswa, dan selanjutnya dapat dicarikan alternatif cara mengatasi kesulitan tersebut melalui proses bimbingan dan pengajaran remedial.

2).       Untuk seleksi. Hasil evaluasi dapat digunakan dalam rangka menyeleksi calon siswa dalam rangka penerimaan siswa baru dan/atau melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Siswa yang lulus seleksi berarti telah memenuhi persyaratan pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan, sehingga yang bersangkutan dapat diterima pada suatu jenjang pendidikan tertentu.

3).       Untuk kenaikan kelas. Hasil evaluasi digunakan untuk menetap­kan siswa mana yang memenuhi rangking atau ukuran yang ditetapkan dalam rangka kenaikan kelas. Sebaliknya siswa yang tidak memenuhi rangking tersebut dinyatakan tidak naik kelas atau gagal, dan harus mengulangi program studi yang sama sebelum­nya.

4).       Untuk penempatan. Para lulusan yang ingin bekerja pada suatu instansi atau perusahaan perlu menyiapkan transkrip program studi yang telah ditempuhnya, yang juga memuat nilai-nilai hasil evaluasi belajar. Pihak penerima biasanya memperhatikan daftar nilai tersebut sebagai bahan pertimbangan mengenai tingkat ke­mampuan calon pegawai tersebut. Jadi evaluasi hasil penilaian berfungsi menyediakan data tentang lulusan agar dapat ditempat­kan sesuai dengan kemampuannya.

Evaluasi hasil belajar memiliki tujuan-tujuan tertentu :

1).           Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya men­capai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar.

2).           Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan ke­las maupun masing-masing individu.

3).           Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan me­nyarankan kegiatan-kegiatan remedial (perbaikan).

4).           Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal ke­majuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.

5).           Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas.

6).          Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa me­milih sekolah, atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya.

b.     Sasaran Evaluasi Hasil Belajar

1).    Ranah Kognitif (Pengetahuan/pemahaman)

Penilaian terhadap pengetahuan pada tingkat satuan pelajaran menuntut perumusan secara lebih khusus setiap aspek pengetahuan, yang dikategorikan sebagai: konsep, prosedur, fakta, dan prinsip. Tiap kategori dirinci menjadi suatu struktur dan urutan tertentu, misalnya dari konsep yang sederhana menuju ke konsep-konsep yang lebih kompleks. Dengan struktur tersebut dapat ditentukan urutan pelajaran dan isi pelajaran, sebagaimana dirumuskan dalam satuan pelajaran. Teknik penilaian terhadap pengetahuan dalam kontek ini dikembang­kan dalam tes tertentu.

Evaluasi akhir pengajaran terhadap ketercapaian tujuan-tujuan aspek pengetahuan perlu dilakukan secara terpisah di samping eva­luasi terhadap perilaku sebagaimana telah dikemukakan di atas. Untuk menilai pengetahuan dapat kita pergunakan pengujian sebagai berikut

a).            Sasaran penilaian aspek pengenalan (recognition)

       Caranya, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan bentuk pilihan berganda, yang menuntut siswa agar melakukan identi­fikasi tentang fakta, definisi, contoh-contoh yang betul (correct).

b).           Sasaran penilaian aspek mengingat kembali (recal)

       Caranya, dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka tertutup lang­sung untuk mengungkapkan jawaban-jawaban yang unik.

c).            Sasaran penilaian aspek pemahaman (komprehension)

       Caranya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut identifikasi terhadap pernyataan-pernyataan yang betul dan yang kelim konklusi atau klasifikasi; dengan daftar pertanyaan matching (menjodohkan) yang berkenaan dengan konsep, contoh, aturan, penerapan, langkah-langkah dan urutan, dengan pertanyaan bentuk essay (open ended) yang menghendaki uraian, perumusan kembali dengan kata-kata sendiri, contoh-contoh.

2).     Ranah Afektif

Sasaran evaluasi ranah afektif (sikap dan alat) meliputi aspek­-aspek, sebagai berikut :

a).       Aspek penerimaan, yakni kesadaran peka terhadap gejala dan stimulus serta menerima atau menyelesaikan stimulus atau gejala tersebut.

b).      Sambutan, yakni aktif mengikuti dan melaksanakan sendiri suatu gejala di samping menyadari/menerimanya.

c).       Aspek penilaian, yakni perilaku yang, konsisten, stabil dan mengan­dung kesungguhan kata hati dan kontrol secara aktif terhadap perilakunya.

d).      Aspek organisasi, yakni perilaku menginternalisasi, mengorganisasi dan memantapkan interaksi antara alat-alat dan menjadi­kannya sebagai suatu pendirian yang teguh.

e).       Aspek karakteristik diri dengan suatu alat atau kompleks alat, ialah menginternalisasikan suatu nilai ke dalam sistem nilai dalam diri individu, yang berperilaku konsisten dengan sistem nilai ter­sebut.

Ranah dan aspek tiap ranah yang akan diukur, masing-masing dirinci menjadi sejumlah karakteristik, selanjutnya tiap karakteristik dijabarkan menjadi sejumlah atribut. Tiap atribut diberikan indikator sebagai petunjuk perubahan perilaku. Berdasarkan atribut-atribut ter­sebut dapat disusun pertanyaan-pertanyaan untuk pengukuran.

3).     Ranah Keterampilan

Sasaran evaluasi keterampilan reproduktif:

a).   Aspek keterampilan kognitif, misalnya masalah-masalah yang familier untuk dipecahkan dalam rangka menentukan ukuran-ukur­an ketepatan dan kecepatan melalui latihan-latihan (drill) jangka panjang, evaluasi dilakukan dengan metode-metode objektif tertutup.

b).         Aspek keterampilan psikomotorik dengan tes tindakan terdapat pelaksanaan tugas yang nyata atau yang disimulasikan, dan ber­dasarkan kriteria ketepatan, kecepatan, kualitas penerapan secara objektif. Contoh : latihan mengetik, keterampilan menjalankan mesin, dan lain-lain.

c).          Aspek keterampilan reaktif, dilaksanakan secara langsung dengan pengamatan objektif terhadap tingkah laku pendekatan atau penghindaran; secara tak langsung dengan kuesioner sikap.

d).       Aspek keterampilan interaktif, secara langsung dengan meng­hitung frekuensi kebiasaan dan cara-cara yang baik yang di­pertunjukkan pada kondisi-kondisi tertentu.

Evaluasi Keterampilan Produktif :

a).       Aspek keterampilan kognitif, misalnya masalah-masalah yang tidak familier untuk dipecahkan dan pemecahannya tidak begitu rumit, dengan menggunakan metode terbuka tertutup (open ended methods).

b).      Aspek keterampilan psikomotorik, yakni tugas-tugas produktif yang menuntut perencanaan strategi. Evaluasi terhadap hasil dan proses perencanaan ialah dengan observasi dan diskusi.

c).       Aspek keterampilan reaktif, secara langsung mengamati sistem nilai masyarakat dalam tindakannya di luar sekolah.

d).      Aspek keterampilan interaktif dengan observasi keterampilan dalam situasi senyatanya.

 

c.     Prosedur Evaluasi Hasil Belajar

1). Persiapan

Pada tahap ini, guru menyusun kisi-kisi (blue print).

Pekerjaan semacam ini sebenarnya sangat menolong sekali demi keberhasilan tujuan pengajaran, tetapi di samping hal tersebut sangat banyak menyita waktu dan tugas tambahan yang dibebankan kepada guru. Blue print inipun dapat dianggap sebagai guide dalam pengembangan pola belajar lebih lanjut, melalui instrumen evaluasi yang direvisi terus sesuai dengan kebutuhan dalam proses belajar mengajar.

Melalui cara ini, tes evaluasi dapat berfungsi sebagai bagian integral dalam sistem mengajar dan bersifat langsung. Bentuk item yang dapat disusun bisa dalam bentuk pilihan berganda, bentuk essay atau berbagai bentuk lainnya. Tetapi bentuk/tipe item apa saja yang akan digunakan, guru perlu mempertimbangkan, mempertimbangkan berapa jumlah waktu yang tersedia dan berapa item dan luas skopnya pada tes yang akan diberikan.

Dalam penyusunan kisi-kisi (blue print) tersebut ditempuh lang­kah-langkah, sebagai berikut :

Langkah 1.   Menetapkan ruang lingkup materi pelajaran yang akan diujikan berdasarkan pokok bahasan, satuan bahasan, atau topik yang telah ditetapkan dalam Garis-garis Besar Pro­gram Pembelajaran.

Langkah 2.   Merumuskan tujuan pengajaran khusus sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam GBPP (biasanya telah diru­muskan pada waktu penyusunan PPSI/Satuan Pelajaran), dengan memperhatikan ranah-ranah kognitif, afektif, dan keterampilan.

Langkah 3.   Menetapkan jumlah butir soal berdasarkan topik-topik dan aspek tujuan/ranah, yang disusun dan tersebar secara proposional.

Langkah 4.   Mengidentifikasi bentuk-bentuk soal, berupa tes objektif (B–S, Pilihan Berganda, Isian, Menjodohkan), atau ben­tuk essay (terbuka atau terbatas).

Langkah 5. Menetapkan proporsi tingkat kesulitan butir-butir soal yang mencakup keseluruhan perangkat instrumen peni­laian tersebut. Sebagai ancang-ancang dapat digunakan proporsi : Sulit (25%), Sedang (50%), dan Mudah (25%). Persentase tersebut supaya disebarkan secara normal.

By yurzierita

KETERAMPILAN BERTANYA

 

1.Keterampilan bertanya.

Dalam sistem belajar mengajar yang sifatnya klasikal (bersama-sama dalam suatu kelas), guru harus berusaha agar proses belajar mengajar mencerminkan komunikasi dua arah. Mengajar bukan semata-mata merupakan pemberian informasi seraya tanpa mengembangkan kemampuan mental, fisik, dan penampilan diri.
Oleh karena itu, proses belajar mengajar dikelas harus dapat mengembangkan cara belajar siwa untuk mendapatkan, mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh dalam proses belajar mengajar tersebut.
Guru dalam menyajikan bahan pelajaran (terutama berupa konsep-konsep atau pengertian yang esensial) harus mengikutsertakan para siswanya secara aktif baik individual maupun kelompok.
Keterampilan bertanya dasar sangat perlu dikuasai guru untukmenciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hamper dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan,dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitasjawaban peserta didik.

A.Jenis pertanyaan yang baik dibagi menjadi dua yaitu:

a. Jenis pertanyaan yang menurut maksudnya :

1. Pertanyaan permintaan (compliance question)Pertanyaan yang mengharapkan agar siswa mematuhi perintahyang diucapkan dalam bentuk pertanyaan. Misalnya dapatkah kamutenang agar suara bapak (ibu) dapat didengar oleh kalian?

2. Pertanyaan retoris (rhetorical question)Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawabsendiri oleh guru. Hal ini merupakan teknik penyampaian informasikepada murid. Misalnya mengapa puasa di wajibkan kepada orangIslam? Sebab puasa merupakan kewajiban semua orang Islam untukmenjalankannya.

3. Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question)Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada muriddalam proses berpikirnya. Hal ini dilakukan apabila guru menghendakiagar siswa memperhatikan dengan saksama bagian tertentu atau intipelajaran yang dianggap penting. Dari segi yang lain, apabila siswatidak dapat menjawab atau salah menjawab, guru mengajukanpertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan atau menuntun prosesberpikir siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukanjawaban bagi pertanyaan pertama tadi.

4. Pertanyaan menggali (probing question)Pertanyaan lanjutan yang akan mendorong murid untuk lebihmendalami jawabannya terhadap pertanyaa pertama. Denganpertanyaan menggali ini siswa didorong untuk meningkatkan kuantitasjawaban yang diberikan ppada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya.

 

b. Pertanyaan menurut Taksonomi Bloom

1. Pertanyaan pengetahuan (Recoll question atau knowledge question)atau ingatanDengan menggunakan kata-kata apa, di mana, kapan, siapa,dan sebutkan. Misalnya sebutkan puasa sunnah?

 2. Pertanyaan pemahaman (comprehension queation)Pertanyaan yang menhendaki jawaban yang bersifatpemahaman dengan kata-kata sendiri. Biasanya menggunakankata-kata jelaskan, uraikan, dan bandingkan. Misalnya jelaskan apayang dimaksud dengan puasa?

3. Pertanyaan penerapan (application question)Pertanyaan yang menghendaki jawaban untuk menerapkanpengetahuan atau informasi yang diterimanya. Misalnyaberdasarkan materi tersebut, kesimpulan apa yang dapat andaberikan?

4. Pertanyaan sintesis (syintesis question)Pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tidaktunggal, tetapi lebih dan satu dan menuntut murud untuk membuatramalan (prediksi), memecahkan masalah, mencari komunikasi.Misalnya apa yang terjadi bila waktunya puasa tiba? Apa yanganda lakukan jika melihat teman anda yang tidak berpuasa?

5. Pertanyaan evaluasi (evalution question)Pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan caramemberikan penilaian pendapatnya terhadap suatu isu yang ditampilkan. Misalnya bagaimana pendapat kamu jika melihatorang yang tidak berpuasa?

Keterampilan Bertanya dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan tehnik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu :

a. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar
b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan
c. Mengembangkan pola berfikir dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir itu sediri sesungguhnya adalah bertanya
d. Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik dari siswa akan membantu jawaban yang baik
e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas

Dasar-dasar pertanyaan yang baik adalah :
a. Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa
b. Berikan informasi yang cukup unuk menjawab pertanyaan
c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu
d. Berikan waktu yang cukup pada anak untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan
e. Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh siswa secara merata
f. Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya
g. Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar

2.  Komponen-komponen Keterampilan Bertanya Lanjut

Keterampilan bertanya lanjut dibentuk di atas landasan penguasaan-penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu semua komponen bertanya dasar masih digunakan dan akan selalu berkaitan dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah:

1.   Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab suatu pertanyaan.

2.   Pengaturan urutan pertanyaan secara tepat.

3.   Penggunaan pertanyaan pelacak.

4.   Peningkatan terjadinya interaksi.

1.   Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab suatu pertanyaan

Pengubahan ini artinya agar seorang guru dalam mengajukan pertanyaan dapat berusaha mengubah tingkat kognitif siswa dalam menjawab suatu pertanyaan dari tingkat yang rendah ke tingkat kognitif yang lebih tinggi.

Seperti: tingkat pemahaman, penerapan, analisis, sintesis maupun tingkat evaluasi.

2.   Pengaturan urutan pertanyaan secara tepat

Dalam memberikan urutan pertanyaan seorang guru harus memberikannya secara terurut, misal: pertama seorang guru mengajukan pertanyaan pemahaman penerapan, analisis, sintesis dan yang terakhir lanjut ke pertanyaan evaluasi. Dan seorang guru hendaknya memberikan waktu yang cukup untuk bisa menjawab pertanyaan yang diajukan.

3.   Penggunaan pertanyaan pelacak

Ada tujuh teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan oleh seorang guru.

1.   Klarifikasi

Jika ada salah satu siswa menjawab pertanyaan guru dengan kalimat yang kurang tepat, maka guru memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa untuk menjelaskan atau dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa menjadi lebih baik atau menyuruh siswa untuk mengulang jawabannya dengan kata yang lebih lugas.

Contoh pertanyaan:

–   Dapatkah kamu menjelaskan sekali lagi apa yang kamu maksud?

2.   Meminta siswa memberikan alasan

Guru dapat meminta siswa untuk memberikan bukti yang menunjang kebenaran suatu pandangan yang diberikan dalam menjawab pertanyaan. Contoh pertanyaan:

–   Mengapa kamu mengatakan demikian?

3.   Meminta kesepakatan pandangan

Guru memberikan kesempatan kepada siswa-siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau penolakan siswa serta memberikan alasan-alasannya terhadap suatu pandangan yang diungkapkan oleh seorang siswa, dengan maksud agar diperoleh pandangan yang benar dan dapat diterima oleh semua pihak.

Contoh pertanyaan:

–   Siapa setuju dengan jawaban itu? Mengapa/

4.   Meminta ketepatan jawaban

Jika jawaban siswa belum tepat guru dapat meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban itu agar diperoleh jawaban yang tepat atau guru dapat menggunakan metode pemberian pertanyaan dengan sistem bergilir.

5.   Meminta jawaban yang lebih relevan

Mengajukan pertanyaan yang memungkinkan siswa menilai kembali jawabannya atau mengemukakan kembali jawabannya menjadi lebih relevan.

6.   Meminta contoh

Jika ada jawaban dari siswa yang kurang jelas maka guru dapat meminta siswa untuk memberikan ilustrasi atau contoh yang konkret.

Contoh: dapatkah kamu memberi satu atau beberapa contoh dari jawabanmu.

7.   Meminta jawaban yang lebih kompleks

Guru memberikan penjelasan agar jawaban siswa menjadi lebih kompleks dan mampu menemukan ide-ide penting lainnya.

Contoh: dapatkah kamu memberikan penjelasan yang lebih luas lagi dari ide yang dikatakan tadi?

4.   Peningkatan terjadinya interaksi

Ada 2 cara guru untuk menghilangkan peranannya sebagai penanya sentral.

1.   Guru mencegah pertanyaan dijawab langsung oleh seorang siswa tetapi siswa diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya untuk didiskusikan.

2.   Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab pertanyaan dari murid, tetapi melontarkan kembali pertanyaan tersebut kepada siswa untuk didiskusikan.

Komponen ini akan dapat membantu siswa memberikan komentar yang wajar dan mampu mengembangkan cara berfikir siswa.

Pengertian Keterampilan Bertanya Lanjut

Keterampilan bertanya lanjut merupakan suatu keterampilan lanjutan daripada dasar yang lebih terfokus dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar partisipasi dalam mendorong siswa agar dapat berpartisipasi sendiri. Keterampilan bertanya ada 2: keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut.

                                                         

By yurzierita

CARA MERAWAT BAYI KEMBAR

Merawat anak kembar pengalaman hebat dan menakjubkan. Seabrek tugas, bahkan harus sedikit ‘berakrobat’ agar survive. Mulai dari persiapan mental, tenaga dan, tentu saja finansial yang tidak sedikit. Tapi, asal tahu triknya, merawat si kembar malah jadi tantangan yang mengasyikkan.

           Sejak dini. Sejak ketahuan janin yang Anda kandung lebih dari seorang, Anda dan pasangan sebaiknya mulai merancang segala sesuatunya dengan lebih cermat. Yang pasti, ada tambahan pengeluaran, baik biaya persalinan maupun dalam rangka mempersiapkan perlengkapan bayi. Selain itu, Anda berdua juga sebaiknya memulai komitmen untuk berbagi tugas. Untuk memudahkan Anda dalam merawat si kembar, lakukanlah secara bergantian. Misalnya si kakak sedang dimandikan, si adik digendong dulu oleh suami. Jika perlu, pertimbangkan pula keterlibatan pihak ketiga, misalnya orang tua, baby sitter atau pembantu, untuk membantu Anda. Apalagi, jika Anda memiliki anak kembar lebih dari dua.

            Tak harus sama. Idealnya, si kembar memang diperlakukan secara bersamaan. Namun, tak ada salahnya, jika Anda memperlakukan mereka secara bergantian. Soalnya, jika Anda harus merawat anak kembar secara bersamaan, kemungkinan Anda bakal repot jika tidak ada yang membantu. Selain itu, secara psikologis, ada untungnya bayi memiliki  kegiatan pribadi sendiri-sendiri. Mereka menjadi mandiri, karena tidak harus selalu bersama-sama.

 

 

 

 

 

 Berikut beberapa trik yang bisa Anda lakukan dalam merawat si kembar:

  • Memandikan. Sebenarnya, Anda bisa saja memandikan bayi bersamaan. Hanya  saja, saat si kembar masih berusia 0-6 bulan, di mana tubuh mereka masih rentan, sebaiknya mandikan secara bergantian. Mulailah memandikan anak yang satu terlebih dahulu sementara si adik atau kakak dipegang oleh suami atau pengasuh. Kelak, jika si kecil sudah dapat duduk, boleh saja Anda memandikan mereka bersama-sama.
  • Memakaikan baju. Setelah selesai mandi, pakaikan baju sampai tuntas. Bayi yang sudah rapi bolehlah diletakkan di boksnya untuk bermain, atau digendong oleh sang ayah. Tetapi, kembar tak berarti semua baju kembar juga dong…. Ingat, mereka tetap individu yang berbeda. Misalnya, jika si kakak memakai baju biru, si adik berilah warna putih. Selain membiasakan perbedaan, Anda juga lebih mudah mengenali mana si kakak dan mana si adik.
  • Menyusui. Sebisa mungkin, berilah bayi dengan ASI, khususnya ASI eksklusif 6 bulan. Dengan manajemen laktasi yang baik, ASI Anda pasti cukup untuk berdua. Anda bisa menyusui kedua bayi sekaligus atau bergantian. Jika perlu, siapkan ASI perah yang  bisa diberikan pada salah satu bayi oleh pengasuh atau suami, sementara Anda menyusui bayi yang lain.   
    Bila memungkinkan, gunakan kursi goyang berlengan yang nyaman untuk kegiatan menyusui, atau gunakan kursi santai jenis lain yang berlengan dan memiliki sandaran yang dapat digunakan untuk menopang kepala Anda dengan nyaman. Lalu letakkan 2 buah bantal untuk membantu menopang kedua tubuh si kecil. Selanjutnya, Anda tinggal pilih, posisi mana yang Anda dan bayi merasa nyaman
  • Memberi makan. Setelah usia 6 bulan, mereka mulai perlu mengonsumsi makanan pendamping ASI (MP-ASI). Untuk urusan memberi makan, lebih baik secara bersamaan. Jadi, siapkan makanan di piring masing-masing.
    Anda dapat menyuapi mereka secara bergantian, terutama kalau mereka sudah bisa duduk dengan aman di kursi makannya masing-masing. Kalau Anda merasa kerepotan, jangan segan minta tolong orang lain untuk menyuapi salah satu anak. Penting diingat, ciptakan selalu suasana makan yang menyenangkan, agar selain mereka makan dengan lahap, juga terhindar dari masalah makan di kemudian hari.
  • Pakai stroller saja!. Stroller adalah peralatan yang amat bermanfaat. Karena, menggendong kedua bayi bukan saja merepotkan dan melelahkan, tapi juga berbahaya bagi keselamatan mereka. Dengan stroller, Anda dapat lebih mudah membawa mereka kemana pun Anda pergi.
    Stroller untuk si kembar ada dua model, yaitu tandem (tempat duduk berjejer depan-belakang) dan berdampingan (tempat duduknya sama-sama menghadap ke depan). Jenis mana yang Anda pilih sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan bayi, juga Anda.Gambar
By yurzierita

NEUROSAINS UNTUK PAUD

SIKLUS BIOKOGNITIF

Layaknya  sebuah mesin, otak  mempunyai ritme atau  irama kerjanya. Banyak respon terhadapi lingkungan sekitar yang terjadi pada manusia seperti perubahan suasana hati, tingkat konsentrasi,daya tahan kerja, kreativitas dan sebagainya, terjadi dalam sebuah siklus yang disebut sebagai siklusbio-kognitif. Siklus ini juga mempengaruhi memori, tingkat kecerdasan, imunitas, waktu reaksi, dsb. Dengan memperhatikan siklus ini, kita mengetahui kapan waktu otak mencapai tingkat ke-efektifannya sehingga  kita dapat  memahami waktu yang tepat  untuk  pembelajaran sehingga mencapai performa yang optimal.

Ritme siklus 24 jam tubuh kita berhubungan dengan siklus 24 jam bulan dan matahari, pada umumnya ritme siklus manusia hampir mendekati waktu 24 jam, sehingga sebagai pembelajar efisiensi kta terdesak satu jam kedepan setiap harinya. Misalnya, juka kita berada pada puncak efisiensi pada pukul 3 dini hari, barang kali besoknya akan menjadi pukul 4 dini hari. Hal ini artinya tidak selalu mudah untuk bisa tetap sinkron dengan para pembelajar anda setiap harinya.

Selain itu kita biasanya mempunyai siklus tujuh harian. Siklus ini dapat menjelaskan mengapa pasien transplantasi organ punya masa penolakan tertinggi selama tujuh hari setelah operasi, dan selanjutnya bergerak dengan kelipatan tujuh pada masa-masa setelah itu. Fungsi psikologis yang terpengaruh oleh bioritme kita adalah termasuk denyut nadi dan tekanan darah. Respon-respon perubahan yang terjadi termasuk perubahan suasana hati, tingkat konsentrasi, dan pembelajaran hingga oleh sssebab itu siklus ini juga mempengaruhi memori, imunologi, pertumbuhan fisik, waktu reaksi, dan toleransi pada rasa sakit.

.Salah satu siklus alami ini dapat  kita lihat pada siklus menstruasi pada wanita. Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Kimura menunjukkan bahwa perempuan belajar lebih baik dalam masa dua pekan setelah menstruasi. Wanita pada saat tingkat estrogen tinggi diperkirakan mengalami kesiagaan otak yang lebih baik. Otak wanita saat dipenuhi hormon ini mengalami sensasi menyenangkan, kondisi yang antusias, dan percaya diri yang tinggi. Kondisi seperti ini merupakan kondisi yang memudahkan bagi wanita untuk belajar.

 

Bagaimana penerapan siklus bio kognitif ini dalam kehidupan anak-anak sehari-hari?

Menurut penelitian, pada  jam 9 s.d. 11 pagi, otak akan 15%  lebih efesien untuk mengingat memori yang bersifat jangka pendek sehingga tugas pembelajaran yang menuntut  penyelesaian masalah, analisa ,repetisi akan lebih efeketif pada jam itu. Siang hari (jam 12 s.d. 14) adalah waktu yang terbaik untuk belajar yang menuntut  adanya gerakan, seperti belajar seni, komputer, dan sebagainya. Dari penelitian ini juga, kita bisa melihat bahwa waktu juga mempunyai hubungan dengan materi yang lebih cepat untuk diserap oleh otak.Oleh karena itu, akan lebih efektif menyampaikan informasi baru pada pagi hari kemudian menggunakan waktu sore hari untuk menyusun dan mengintegrasikan informasi ini dengan memori yang sudah ada sebelumnya. Dengan memahami hal ini, kita bisa menyusun jadwal menghafal, membaca, mendengar pada pagi hari, dan di sore hari kita bisa menggunakannya untuk kegiatan diskusi kelompok atau pengerjaan proyek latihan.Siklus ini juga mencakup waktu istirahat yang tepat bagi tubuh agar fungsi otak berjalan secara optimal karena proses pembelajaran merupakan proses yang melibatkan memori jangka pendek dan jangka panjang, pikiran sadar dan bawah sadar. Sehingga informasi yang terserap bisa jadimembutuhkan waktu untuk dipahami, diterapkan hingga menjadi bagian dari sebuah pembelajaran.Seperti yang dicontohkan oleh Dr. Hirome Shina dalam buku nya The Miracle of Enzyme, bahwa bilapekerja diberikan waktu istirahat untuk tidur siang, maka produktivitas kerja akan meningkat. Hal inimenyebabkan di dalam kliniknya, dr Hirome memberikan tempat dan waktu bagi pekerja untukmelakukan istrahat siang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang diberikan oleh Rossi dan Nimmons (1991), produktivitas akan lebih meningkat ketika para pembelajar diberikan waktu istirahat beberapakali.Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa otak menjadi lebih mudah lelah saat lingkungan belajarkurang kondusif seperti lingkungan yang memberikan tekanan secara psikis kepada siswa. Contohnyaadalah lingkungan dengan tingkat kriminalitas tinggi atau kekerasan dalam rumah tangga yang tinggisangat kondusif untuk membuat otak menjadi cepat lelah. Salah satu dari bahaya yang ditimbulkandari kelelahan ini adalah otak tidak mengalami saat beristirahat yang cukup yang berguna untukmempersiapkan otak untuk  kembali bekerja. Waktu istirahat yang cukup memberikan otakkesempatan untuk membersihkan dan merawat dirinya. Ini seperti kerja komputer yan g melakukan fragmentasi dan membuang data yang tidak diperlukan. Dengan mengeleminasi informasi yang tidak perlu, hal ini akan membuat kerja otak menjadi lebih efektif dan efesien

 

DUA SIKLUS YANG MENJALANKAN OTAK PEMBELAJARAN KITA

R. Thayer mengatakan bahwa ottak kita secara konsisten dijalankan dalam dua siklus pembelajaran. Yang pertama  adalah siklus energy rendah ke tinggi dan yang kedua siklus relaksasi ke ketegangan. Kedua siklus ini secara dramatic mempengaruhi pembelajaran dan persepsi kita tentang diri kita sendiri.     

Kekuatan otak bergantung pada kesehatan tubuh. Kalau tubuh kurang sehat maka otak pun menjadi lemah. Tanpa kesehatan yang cukup, otak pun tak akan dapat bekerja dengan baik. Hal ini bisa kita lihat ketika seorang pelajar sedang dalam keadaan sakit. Ia pasti akan kehilangan konsentrasinya dalam belajar. Bahkan ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan dalam menempuh ujian sehingga berakibat tidak lulus.

Kalau seutas karet kita rentangkan dalam waktu yang lama tanpa henti, pada akhirnya karet tersebut akan kehilangan kelenturannya. Demikian pula dengan otak, jika dipaksa terus menerus bekerja tanpa istirahat, maka ia akan kehilangan kelenturannya dalam berpikir. Otak pun memerlukan waktu yang teratur untuk mengendurkan ketegangannya.

Banyak kasus penyakit stroke disebabkan oleh beban pikiran yang begitu berat. Hal ini sering terjadi pada orang-orang dengan aktivitas yang memerlukan tenaga dan pikiran yang begitu tinggi. Kesempatan untuk mengistirahatkan otak walau sejenak diabaikan begitu saja. Kalau hanya tenaga, maka beristirahat dan makan yang cukup sudah dapat memulihkan kondisi tubuh.

Sejumlah orang berpikir akan kehilangan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan jika harus diselingi istirahat. Namun hal itu justru akan membawa akibat yang kurang baik bagi otak itu sendiri. Meski masih mampu bekerja kualitasnya sudah jelas akan turun dan semakin menurun.

Istirahat bagi otak bukanlah suatu hal yang percuma, sedangkan waktu yang terbuang untuk beristirahat itu pun juga tidak sia-sia. Dengan beristirahat, otak cenderung menghasilkan pikiran-pikiran yang lebih berarti dan besar nilainya. Kemampuannya akan meningkat dan cemerlang.

Selain beristirahat, otak juga membutuhkan gizi dan zat-zat tertentu untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak. Berbagai penelitian mengungkapkan mengenai pentingnya peranan gizi dalam pertumbuhan otak. Kurang gizi memang berpengaruh besar secara umum pada anak-anak, terutama pada otaknya. Otak yang kurang sempurna karena kekurangan zat gizi akan menyebabkan terjadinya tingkat kecerdasan yang rendah.

Selain beristirahat dan gizi, otak juga perlu latihan-latihan yang teratur untuk mencapai kesempurnaannya. Otak yang tak pernah mendapat latihan atau stimulasi, apalagi tidak pernah digunakan akan menjadi bebal. Jasmani saja jika kurang bergerak atau berlatih akan terasa tidak nyaman, demikian pula dengan otak.

Berbagai cara bisa dilakukan untuk melatih otak, misalnya saja dengan belajar bagi terutama untuk para siswa, menganalisis, diskusi, mengisi TTS, menulis, bermain rubik dan tentu saja nge-blog jangan dilewatkan. Bahkan ada pihak yang memang sengaja membuka pusat latihan otak. Tujuannya selain untuk kecerdasan juga untuk meningkatkan kemampuan otak sehingga menjadi lebih efektif ketika digunakan untuk aktivitas-aktivitas yang memerlukan pikiran lebih.

Satu yang penting dan tak boleh dilupakan adalah secerdas apapun dan secemerlang apapun otak tetaplah perlu beristirahat. Hal ini sering dimanfaatkan orang untuk berlibur sekedar melepas penat dan lelah setelah terkuras energinya untuk bekerja.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAHKAN MEMORI PUN BERVARIASI  MENURUT WAKTUNYA

Berkaitan dengan waktu belajar yang efektif, jam 9 -11 pagi otak akan efisien jika melakukan kegiatan yang berkaitan dengan memori jangka pendek, jam 9 – 12 juga efiesien untuk belajar matematika,penulisan laporan,teori dan sains. Siang hari sampai jam 2 siang adalah waktu terbaik untuk melakukan lembar kerja,komputer, menyanyi dan seni. SAmpai dengan jam 17.00 adalah waktu terbaik untuk mempelajari literatur dan sejarah, serta untuk melakukan olahraga,teater, dan tugas-tugas keterampilan

Pengarang buku rythms of learning, C, brewer dan D. Campbell (1991), menyarankan bahwa mulai jam 9 pagi sampai jam 11, otak 15 persen akan lebih efisien untuk tugas-tugas memori jangka pendek, dan padda jam 9 sampai jam 12, tugas-tugas pembelajaran yang menuntut pengulangan, ejaanm penyelesaian masalah, tinjauan ujian, penulisan laporan, matematika, teori dan sains akan dapat dipelajari dengan paling efisiens.

Siang hari sampai jam 14.00 adalah waktu terbaik untuk untuk tugas-tugas berorientasi gerakan, lembar kerja, manipulative, music, computer, menyanyi dan seni, demikian mereka mengungkapkan. Kemudian pada jam 14,00  sampai jam 17,00 adalah waktu terbaik untuk mempelajari literature dan sejarah serta untuk melakukan olahraga, music, teater, oleh karena itu sebagian dari kita adalah “ orang pagi” dan sebagian lagi dikatakan “ orang malam “ ada perbedaan sekitar dua sampai empat jam diantara para pembelajar untuk pengaturan waktu yang optimal.

Dalam mengetahui semua variasi dalam tipe kepribadian, bagi sekitar sepertiga dari jumlah pembelajar anda, tak jadi soal kapan anda menyampaikan topic tertentu, sepertinya saat penyampaian itu berada diluar kesesuaian, atau dilakukan pada waktu yang salah. Akan tetepi, ketika anak remaja diberri kesempatan untuk mempelajari seebjek pada waktu yang mereka pilih sendiri dalam sehari, motivasi, perilaku dan pelajaran matematika meereka menunjukkan peningkatan, demikian dikatakan Dr. May ( ibid).

 

 

By yurzierita

Kreativitas

 

1. Pengertian Kreativitas

 Kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara tuntas. Kreativitas dapat didefinisikan dalam beranekaragam pernyataan tergantung siapa dan bagaimana menyorotinya. Istilah kreativitas dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan

 Menurut Solso (Csikszentmihalyi,1996) kreativitas adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi. Drevdal (dalam Hurlock, 1999) menjelaskan kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, mungkin mencakup pembentukan polapola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya serta pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Bentuk-bentuk kreativitas mungkin berupa produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin juga bersifat prosedural atau metodologis. Jadi menurut ahli ini, kreativitas merupakan aktivitas imajinatif yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat. Munandar (1995) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat.

 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau suatu kombinasi baru berdasarkan unsurunsur yang telah ada sebelumnya menjadi sesuatu yang bermakna atau bermanfaat.

2. Komponen Pokok Kreativitas

 Suharnan (dalam Nursisto, 1999) mengatakan bahwa terdapat beberapa komponen pokok dalam kreativitas yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Aktifitas berpikir, kreativitas selalu melibatkan proses berpikir di dalam diri seseorang. Aktifitas ini merupakan suatu proses mental yang tidak tampak oleh orang lain, dan hanya dirasakan oleh orang yang bersangkutan. Aktifitas ini bersifat kompleks, karena melibatkan sejumlah kemampuan kognitif seperti persepsi, atensi, ingatan, imajeri, penalaran, imajinasi, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.

b. Menemukan atau menciptakan sesuatu yang mencakup kemampuan menghubungkan dua gagasan atau lebih yang semula tampak tidak berhubungan, kemampuan mengubah pandangan yang ada dan menggantikannya dengan cara pandang lain yang baru, dan kemampuan menciptakan suatu kombinasi baru berdasarkan konsep-konsep yang telah ada dalam pikiran. Aktifitas menemukan sesuatu berarti melibatkan proses imajinasi yaitu kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau situasi di dalam pikiran sebelum sesuatu yang baru diharapkan muncul.

c. Sifat baru atau orisinal. Umumnya kreativitas dilihat dari adanya suatu produk baru. Produk ini biasanya akan dianggap sebagai karya kreativitas bila belum pernah diciptakan sebelumnya, bersifat luar biasa, dan dapat dinikmati oleh masyarakat. Menurut Feldman (dalam Semiawan dkk, 1984). sifat baru yang dimiliki oleh kreativitas memiliki ciri sebagai berikut:

1) Produk yang memiliki sifat baru sama sekali, dan belum pernah ada sebelumnya.

2) Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi beberapa produk yang sudah ada sebelumnya.

3) Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil pembaharuan (inovasi) dan pengembangan (evolusi) dari hal yang sudah ada.

d. Produk yang berguna atau bernilai, suatu karya yang dihasilkan dari proses kreatif harus memiliki kegunaan tertentu, seperti lebih enak, lebih mudah dipakai, mempermudah, memperlancar, mendorong, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, dan mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak.

 Mencermati uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen pokok kreativitas adalah; 1) aktifitas berpikir, yaitu proses mental yang hanya dapat dirasakan oleh individu yang bersangkutan, 2) menemukan atau menciptakan, yaitu aktivitas yang bertujuan untuk menemukan sesuatu atau menciptakan hal-hal baru, 3) baru atau orisinal, suatu karya yang di hasilkan dari kreativitas harus mengandung komponen yang baru dalam satu atau beberapa hal dan, 4) berguna atau bernilai, yaitu karya yang dihasilkan dari kreativitas harus memiliki kegunaan atau manfaat tertentu.

Bermain dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini

 Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam suasana bermain aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui khayalan, drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini memungkinkan anak untuk mengembangkan pearasaan bebas secara psikologis

 Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak terlalu cepat di evaluasi, akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak.

 Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas

 Bermain memberikan keseempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain serta mengartikannya dalam banyak alternatif cara.Selain itu bermain memberikan kesempatan pada individu untuk berpikir dan bertindak imajinatif, serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreativitas anak

Berbagai bentuk bermain yang dapat membantu mengembangkan kreativitas, antara lain

1. Mendongeng

2. Menggambar

3. Bermain alat musik sederhana

4. Bermain dengan lilin atau malam

5. Permainan tulisan tempel

6. Permainan dengan balok

7. Berolahraga

Komputer, Video game dan Alat Permainan Elektronik

 Alat permainan yang ada saat ini tidak hanya terbatas pada alat permainan tradisional, tetapi dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, semakin canggih pula alat permainan yang digunakan oleh anak-anak. Kebanyakan alat permainan yang canggih bersifat otomatis, dan menggunakan tombol seperti komputer, video game, dan juga game online, yaitu sebuah permainan yang memungkinkan pemain yang saling bertanding berada pada belahan dunia manapun, dengan bantuan akses interne,serta beberapa alat permainan elektronik lainnya. Beberapa permainan bersifat adu tangkas, beberapa yang lain merupakan pelajaran.

 Sebenarnya yang dipacu alat permainan elektronik adalah kemampuan anak untuk bereaksi cepat, penerapan strategi, dan dengan latihan yang terus menerus, sehungga anak akan menjadi tangkas. Tetapi permainan yang ada pada komputer maunpun video game terkadang kurang mampu mengasah kemampuan pemecahan masalah, mengingat anak tidak belajar untuk sampai kepada jawaban yang benar melalui proses-proses yang harus dilaluinya. Terkadang anak hanya menekan tombol saja untuk mendapatkan jawaban yang benar, ini bukanlah meruakan gambaran kondisi yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari.

 Komputer dan video game sering membatasi interaksi anak dengan orang lain. Walaupun permainan dimainkan berdua dengan anak lain, tetapi anak lebih berinteraksi dengan komputer atau video game dan bukanlah dengan teman sepermainannya. Tema permainan yang ada di komputer atau video game beberapa diantaranya bersifat agresif, seperti tembak menembak, kejar-kejaran, dan sebagainya. Imajinasi anak memang dapat masuk kedalam permainan tersebut, namun imajinasi yang dibangun, bukanlah hasil ciptaannya. Jadi kurang mendukung pengemabngan kreativitas anak

 Mengingat pesonanya yang begitu besar, komputer dan video game bisa mempengaruhi jadwal kegiatan anak sehari-hari. Namun dibalik kesemuanya, ada beberapa nilai positif dari komputer dan video game, diantaranya dapat mengembangkan koordinasi tangan, mata, kemampuan berpikir cepat, karena anak dirangsang untuk melihat dan langsung bereaksi dengan menekan tombol-tombol yang tepat. Selain itu beberapa orang ercaya bahwa alat permainan ini bia meningkatkan rentang konsentrasi anak.

 Orang tua dan guru perlu menimbang berbagai dampak yang mungkin muncul terhadap anak bila bermain komputer dan video game, dengan mencoba mengurangi dampak negatifnya, seperti pengaruhnya terhadap kesehatan, kurang interaktifnya anak dengan lingkungannya, kemungkinana terhambatnya pengembangan berpikir kreatif, dan sebagainya. Selanjutnya menitik beratkan pada pengaruh positifnya.

Faktor-faktor pengembangan kreatifitas

A. Kreativitas dan Teori Belahan Otak
Para pakar kreativitas, misalnya Calark (1988) dan Gown (1989) melalui “Teori Belahan Otak” (Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yakni belahan otak kiri (left hemisphere) dan otak kanan (right hemisphere). Fungsi otak belahan kiri adalah berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat ilmiah, kritis, logis, linier, teratur, sistematis, terorganisir, beraturan dan sejenisnya. Adapun fungsi otak kanan, adalah berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat non linear, non verbal, holistik, humanistic, kreatif, mencipta, mendesain, bahkan mistik dan sejenisnya.

B. Pengertian Kreativitas Secara Umum
a. Barron (1982 : 253)
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru disini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
b. Guilford (1970 : 236)
Kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang kreatif.
c. Utami Munandar (1992 : 41)
Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
d. Rogers (1992 : 48)
Kreativitas adalah proses munculnya hasil-hasil baru dalam suatu tindakan.

e. Drevdahl (Hurlock; 1978 : 3)
Kreativitas adalah kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sentesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola bar dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
Rhodes mengelompokkan definisi-definisi kreativitas ke dalam empat kategori yaitu sebagai berikut :
1. Product
2. Person
3. Process
4. Press

C. Pengertian Kreativitas Menurut Torrance
Menurut Torrance (1981) kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan.

D. Pendekatan Terhadap Kreativitas
Pendekatan psikologis lebih melihat kreativitas dari segi kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri individu sebagai faktor-faktor yang menentukan kreativitas seperti : inteligensi, bakat, motivasi, sikap, minat, dan disposisi kepribadian lainnya.
Pendekatan sosiologis berasumsi bahwa kreativitas individu merupakan hasil dari proses interaksi sosial, dimana individu dengan segala potensi & disposisi kepribadiannya di pengaruhi oleh lingkungan sosial tempat individu itu berada, yang meliputi ekonomi, politik, kebudayaan dan peranan keluarga.
Beberapa faktor sosiologis yang kondusif bagi perkembangan kreativitas, yaitu :
1. Tersedianya sarana-sarana kebudayaan
2. Keterbukaan terhadap keragaman cara berpikir
3. Adanya keleluasan bagi keragaman cara berpikir
4. Adanya toleransi terhadap pandangan-pandangan yang divergen
5. Adanya penghargaan yang memandai terhadap orang-orang yang berprestasi

E. Perkembangan Kreativitas
1. Tahap sensori – motorik ( 0 – 2 tahun)
Pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan-tindakan anak masih berupa tindakan-tindakan fisik yang bersifat refleksif, pandangannya terhadap objek masih belum permanen, belum memiliki konsep tentang ruang dan waktu, belum memiliki konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan reflek-reflek, belum memiliki konsep tentang diri, ruang dan belum memiliki kemampuan berbahasa.
2. Tahap Praoperasional ( 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan dating, meskipun dalam jangka waktu pendek.
3. Tahap Operasional Konkrit ( 7 – 11 tahun)
Faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas itu adalah :
a. Anak sudah mulai mampu untuk menampilkan operasi-operasi mental
b. Mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang sederhana
c. Mulai berkembang kemampuan untuk memelihara identitas-identitas diri
d. Konsep tentang ruang sudah semakin meluas
e. Sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
f. Sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan objek-objek konkrit.
4. Tahap Operasional Formal ( 11 tahun ke atas)
Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi kreativitas ini, yakni :
a. Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proposional berdasarkan pemikiran logis
b. Remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proporsional berdasarkan pemikiran logis
c. Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang relatif
d. Remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relative
e. Remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel dalam menghadapi masalah yang kompleks
f. Remaja sudah mampu melakukan abstraksi relative dan berpikir hipotesis
g. Remaja sudah memiliki diri ideal
h. Remaja sudah menguasai bahasa abstrak

F. Tahap-tahap Kreativitas
1. Persiapan (preparation)
2. Inkubasi (incubation)
3. Iluminasi (illumination)
4. Ferifikasi (verification)

G. Karakteristik Kreativitas
Diers (Adams : 1976) mengemukakan bahwa karakteristik :
1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
2. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
3. Penuh percaya diri
4. Toleran terhadap ambiguitas
5. Bersifat sensitive, dan lain-lain
Utami Munandar (1992) mengemukakan cirri-ciri kreativitas antara lain :
1. Senang mencari pengalaman baru
2. Memiliki inisiatif
3. Selalu ingin tahu
4. Mempunyai rasa humor
5. Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi, dan lain-lain.
Clark (1988) mengemukakan karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut :
1. Memiliki disiplin diri yang tinggi
2. Senang berpetualang
3. Memiliki wawasan yang luas
4. Mampu berpikir periodic
5. Memerlukan situasi yang mendukung
6. Sensitif terhadap lingkungan
7. Memiliki nilai estetik yang tinggi
Torance (1981) mengemukakan karakteristik kreativitas adalah :
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
2. Tekun dan tidak mudah bosan
3. Percaya diri dan mandiri
4. Berani mengambil resiko
5. Berpikir divergen

H. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Utami Munandar (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah :
1. Usia
2. Tingkat pendidikan orang tua
3. Tersedianya fasilitas
4. Penggunaan waktu luang
Clark (1983) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas ke dalam 2 kelompok yakni :
1. Faktor-faktor yang mendukung
– Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan
– Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan
– Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu
– Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian
2. Faktor-faktor yang menghambat
– Tidak menghargai terhadap fantasi dan hayalan
– Otoritarianisme
– Diferensiasi antara bekerja dan bermain
– Stereotif peran seks/jenis kelamin
– Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan.

I. Masalah yang sering timbul pada anak kreatif
1. Pilihan karir yang tidak realistis
2. Hubungan dengan guru dan teman sebaya
3. Perkembangan yang tidak selaras
4. Tiadanya tokoh-tokoh ideal
J. Upaya membantu perkembangan kreativitas dan implikasinya bagi pendidikan
Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif Torrance (1977) menamakan relasi bantuan dengan istilah “Creative relationship” yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak
2. Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan
3. Pembimbing lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.
4. Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu kepada anak.
5. Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.
Dedi Supriadi (1994) mengemukakan sejumlah bantuan yang dapat digunakan untuk membimbing perkembangan anak-anak kreatif, yaitu sebagai berikut :
1. Menciptakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya
2. Mengakui dan menhargai gagasan-gagasan anak
3. Menjadi pendorong bagi anak untuk mengkombinasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya.
4. Membantu anak memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap dan bukan malah menghukumnya
5. Memberikan peluang untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasannya
6. Memberikan informasi-informasi mengenai peluang-peluang yang tersedia

Pengembangan berpikir kreatif pada anak usia dini

KREATIVITAS ANAK

Oleh :  Prima Dewi Gratia, M.Pd

 Usia dini adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan  karakter dan kepribadian seseorang. Perolehan kesempatan untuk dapat mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan pada usia dini sangat menentukan keberhasilan perkembangan anak selanjutnya.

Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif tanpa kecuali walaupun setiap orang berbeda dalam macam bakat yang dimiliki serta derajat atau tingkat dimilikinya bakat tersebut. Satu hal yang penting adalah bahwa ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat ditingkatkan, dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif tersebut tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat terpendam, yang tidak dapat diwujudkan.

            Untuk memahami kreativitas pada anak-anak, ada satu yang harus membedakan kreativitas dari kecerdasan dan bakat. Ward (1974) menyatakan tentang kreativitas anak-anak dapat dibedakan dari kemampuan kognitif. Studi-studi terakhir menunjukkan  bahwa komponen-komponen dari potensi kreatif dapat dibedakan dari kecerdasan (Moran, 1983). Istilah ”gifted” sering digunakan untuk menyatakan anak yang memiliki kecerdasan tinggi. Wallach (1970) berpendapat bahwa ”kecerdasan dan kreativitas tidak terikat satu sama lain, dan anak yang sangat kreatif bisa saja kecerdasannya tidak tinggi”. Kreativitas tidak hanya di dalam musik, seni, atau penulisan, tetapi juga di dalam ilmu pengetahuan, ilmu kemasyarakatan dan bidang-bidang lain.

 

 

            Untuk anak-anak, kreativitas difokuskan pada proses: pembuatan gagasan-gagasan. Penerimaan orang dewasa dari banyaknya gagasan-gagasan  di dalam suasana yang tidak evaluatif akan membantu anak-anak menghasilkan lebih banyak gagasan-gagasan atau bergerak ke langkah yang berikutnya, evaluasi diri. Ketika anak-anak mengembangkan kemampuan untuk evaluasi diri, mutu isu-isu dan pembuatan produk-produk menjadi lebih penting. Penekanan pada usia ini adalah menjelajah kemampuan-kemampuan mereka untuk menghasilkan dan mengevaluasi hipotesis, dan meninjau kembali gagasan mereka yang didasarkan pada evaluasi. Evaluasi oleh yang lain dan ukuran-ukuran untuk produk-produk dengan sebenarnya penting hanya  digunakan anak remaja atau orang dewasa yang lebih tua.

BAGAIMANA ORANG DEWASA MENDORONG KREATIVITAS?

1. Menyediakan lingkungan yang mengizinkan anak untuk menjelajah dan bermain tanpa pengekangan-pengekangan yang tak pantas.

 2. Menyesuaikan diri dengan gagasan-gagasan anak-anak. 

 3. Menerima gagasan-gagasan yang tidak biasa dari anak-anak, pemecahan masalah divergen anak-anak

 4. Mengggunakan pemecahan masalah kreatif di semua bagian-bagian pelajaran. Gunakan masalah yang secara alami tentu saja terjadi di hidup setiap hari

 5. Memberikan waktu untuk anak menjelajah semua berbagai kemungkinan, menggerakkan dari populer ke gagasan-gagasan lebih asli.

 6. Menekankan proses dibanding produk.

 BERMAIN DAN KREATIVITAS

            Kreativitas anak usia dini adalah kreativitas alamiah yang dibawa dari sejak lahir. Kreativitas alami seorang anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunya yang besar. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada orang tuanya terhadap sesuatu yang dilihatnya. Adakalanya pertanyaan itu diulang-ulang dan tidak ada habis-habisnya. Selain itu anak juga senang mengutak-atik alat mainannya sehingga tidak awet dan cepat rusak hanya karena rasa ingin tahu terhadap proses kejadian.

      Para ahli menegaskan bahwa kreativitas mencapai puncaknya di usia antara 4 sampai 4,5 tahun. Anak usia prasekolah memiliki imajinasi yang amat kaya sedangkan imajinasi merupakan dasar dari semua jenis kegiatan kreatif. Mereka memiliki “kreativitas alamiah” yang tampak dari perilaku seperti sering bertanya, tertarik untuk mencoba segala sesuatu, dan memiliki daya khayal yang kuat (Kak Seto, 2004:11).

      Menurut Abdurrahman (2005:35), kreativitas anak adalah kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel dalam merespon dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas. Pada anak usia dini kreativitas akan terlihat jelas ketika anak bermain, di mana ia menciptakan berbagai bentuk karya, lukisan ataupun khayalan spontanitas dengan alat mainannya. Adapun ciri-ciri kreativitas alamiah meliputi: imajinatif, senang menjajaki lingkungan (exploring), banyak mengajukan pertanyaan, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, suka melakukan ”eksperimen”, terbuka untuk rangsangan-rangsangan baru, berminat untuk melakukan macam-macam hal, ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, dan tidak pernah  merasa bosan (Majalah Nakita, 2003: 7 edisi Agustus 2003).

Bermain adalah awal dari perkembangan kreativitas, karena dalam kegiatan yang menyenangkan itu, anak dapat mengungkapkan gagasan-gagasan secara bebas dalam hubungan dengan lingkungannya. Oleh karena itu kegiatan tersebut dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan kreativitas anak.

            Guilford (dalam Hawadi, 2001:3) dengan analisis faktornya menemukan ada lima ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir kreatif: pertama, kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan. Kedua, keluwesan (flexibility) adalah kemampuan mengajukan bermacam-macam pendekatan atau jalan pemecahan masalah. Ketiga, keaslian (originality) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise. Keempat, penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci. Kelima, perumusan kembali (redefinition) adalah kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.

 ALASAN PERLUNYA DIKEMBANGKAN KREATIVITAS PADA ANAK

            Dr. Utami Munandar memberikan empat alasan perlunya dikembangkan kreativitas pada anak yaitu: Pertama, dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya dan ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Kedua, kreativitas atau cara berpikir kreatif, dalam arti kemampuan untuk menemukan cara-cara baru memecahkan suatu permasalahan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak saja berguna tapi juga memberikan kepuasan pada individu. Hal ini terlihat jelas pada anak-anak yang bermain balok-balok atau permainan konstruktif lainnya. Mereka tanpa bosan menyusun bentuk-bentuk kombinasi baru dengan alat permainannya sehingga seringkali lupa terhadap hal-hal lain. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya. Dengan kreativitas seseorang terdorong untuk membuat ide-ide, penemuan-penemuan atau teknologi baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS

            Kreativitas seseorang berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan). Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri, seperti kondisi kesehatan fisik, tingkat kecerdesan (IQ), dan kesehatan mental. Sementara faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas yaitu, (1) orang tua atau pendidik dapat menerima anak apa adanya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan mampu, (2) orang tua atau guru bersikap empati kepada anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan, dan perilaku anak, (3) orang tua atau pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapatnya, (4) orang tua atau pendidik memupuk sikap dan minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif, (5) orang tua atau pendidik menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif-inovatif.

            Kreativitas membutuhkan EQ (kecerdasan emosional). Goleman seorang pakar EQ mengatakan, IQ menyumbang 20 persen saja dalam keberhasilan seseorang sementara 80 persen lainnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lainnya. Misalnya kesediaan untuk bekerja keras, disiplin, rasa percaya diri, dan termasuk di dalamnya EQ. Kesemuanya faktor penunjang kreativitas ini dapat dibina, dilatih, dan dikembangkan sejak anak berusia dini.

            Antara kreativitas dan intelegensi terdapat perbedaan. Apabila kita mengacu kepada teori Guilford tentang Structure of Intelect (dalam Hawadi, 2001:19) maka intelegensi lebih menyangkut pada cara berpikir konvergen (memusat), sedangkan kreativitas lebih berkenaan dengan cara berpikir divergen (menyebar). Munandar menjelaskan bahwa berpikir konvergen adalah pemberian jawaban atau penarikan kesimpulan yang logis (penalaran) dari informasi yang digunakan dengan  penekanan pada pencapaian jawaban tunggal yang paling tepat. Adapun berpikir divergen (yang juga disebut berpikir kreatif) adalah kemampuan memberikan bermacam-macam jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman, jumlah, dan kesesuaian.

            Mengenai hubungan kreativitas dan intelegensi dapat diamati melalui hasil studi para ilmuwan psikologi. Torrance (1965) dalam temuan hasil penelitiannya menjelaskan bahwa anak-anak yang tinggi kreativitasnya memiliki taraf intelegensi (IQ) di bawah rata-rata IQ kelompok sebayanya. Dalam kaitannya dengan keberbakatan (giftedness), Torrance mengemukakan bahwa IQ tidak dapat dijadikan ukuran satu-satunya sebagai kriteria untuk mengidentifikasi anak-anak yang berbakat. Apabila yang digunakan untuk menetukan kriteria keberbakatan hanya IQ, diperkirakan 70% anak yang memiliki tingkat kreativitas  tinggi akan tersingkir dari penyaringan.

 PERAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK

            Kreativitas merupakan kunci sukses dan keberhasilan dalam kehidupan. Orang yang tidak kreatif, kehidupannya statis dan sulit sekali meraih keberhasilan. Dengan keadaan zaman yang sudah mengglobal dan penuh dengan tantangan serta persaingan seperti sekarang ini membutuhkan orang-orang yang kreatif. Begitu bermaknanya kreativitas bagi kehidupan seseorang, maka pendidikan dan pengembangan kreativitas tidak bisa ditunda-tunda, harus dimulai sejak  usia dini. Agar kreativitas anak dapat berkembang secara optimal, maka orang tua atau guru dapat melakukan strategi 4P yaitu ; Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk.

            Pribadi, orang tua harus paham, tiap anak memiliki pribadi berbeda, tiap anak adalah unik. Karena itu kreativitas juga merupakan sesuatu yang unik. Pendorong, untuk mengembangkan kreativitas anak, orang tua harus dapat memberikan dorongan kepada anaknya agar dapat memunculkan motivasi dalam diri anak yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Proses, jika sarana dan prasana sudah tersedia, dorongan sudah ada, maka anakpun akan berproses dan berkreasi. Nah, proses inilah yang penting untuk anak ketika bermain. Ia akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif. Entah dengan melukis, menyusun balok-balok menjadi sebuah menara dan sebagainya. Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan. Sebab, secara intuitif anak akan tahu, apakah penghargaan itu tulus atau sekadar basa-basi. Produk, setelah ketiga faktor di atas dipenuhi, maka anakpun akan menghasilkan produk kreatif. Produk kreatif anak usia dini dapat berupa lukisan, alat mainan, bentukan tanah liat. Peran orang tua di sini adalah memberikan penghargaan atas produk-produk yang dihasilkan anak dengan cara memberi pujian atau memajang hasil karya anak.

            Kreativitas anak akan berkembang jika orang tua mempunyai kebiasaan-kebiasaan kreatif seperti teliti, cermat, disiplin, dan keteraturan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dicontoh oleh anak. Selain itu kreatif dalam berkarya seperti membuat alat permainan bersama-sama dengan anak, memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada di lingkungan atau bahan bekas kemasan kebutuhan rumah tangga.

            Peran orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan kreativitas anak, bukan memaksakan kehendak kepada anak. Karena kreativitas lebih bersifat personal dan privasi, ketimbang sosial dan massal, maka tumbuh kembangnya membutuhkan berbagai interaksi. Menumbuhkembangkan pola interaksi yang positif antara orang tua dengan anak di rumah melalui bermain dengan suasana yang menyenangkan merupakan sarana yang paling baik untuk merangsang dan mengembangkan kreativitas anak.

 
DAFTAR PUSTAKA

 Abdurrahman, J. 2005. Tahapan Mendidik Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam

 Hawadi, R. 2001. Kreativitas. Jakarta:Grasindo

 Moeslichatoen. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak. Jakarta: Rineka Cipta

 Munandar, U. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

 Safaria, T. 2005. Creativity Quotient. Jogjakarta: Platinum

 Seto. 2004. Bermain dan Kreativitas. Jakarta:Papas Sinar Sinanti

 Supriadi, D. 1997. Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta

 Widayati, C. Sri, dkk. 2002. Reformasi Pendidikan Dasar. Jakarta: Grasindo 

Teknik kreatif dalam pemecahan masalah kreatif

 

Teknik kreatif dalam pemecahan masalah diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan (Treffinger dalam Munandar, 1999). Pada tingkat pertama diperkenalkan teknik sumbang saran dan teknik daftar periksa atau daftar pertanyaan yang memacu gagasan. Prakondisi yang diperlukan adalah terciptanya suasana atau iklim yang kondusif bagi pemikiran dan sifat kreatif, yaitu dengan melakukan pemanasan (Warning – Up), mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban atau mendorong partisipan mengajukan pertanyaan terhadap suatu masalah.

 

Teknik tingkat kedua adalah melatih proses pemikiran yang lebih majemuk, seperti yang dituntut pada teknik sinektik dan teknik futuristik. Pada teknik sinektik orang akan dilatih berpikir berdasarkan analogi dalam pemecahan masalah, diperkenalkan dalam penggunaan analogi fantasi, analogi langsung dan analogi pribadi. Teknik futuristik membantu orang untuk mengantisipasi dan menciptakan masa depannya, antara lain dengan menggambarkan garis besar waktu yang mencakup masa lalu, masa kini dan masa depan. 

Teknik tingkat ketiga adalah menghadapkan orang pada tantangan dan masalah nyata. Pendekatan pertama ialah pemecahan masalah secara kreatif yang meliputi lima tahap, yaitu tahap: penemuan fakta, penemuan masalah, penemuan gagasan, penemuan solusi dan implementasi.

Dengan melihat tahapan pemecahan masalah menurut Treffinger, teknik pemecahan masalah persekolahan secara kreatif merupakan teknik yang sistematik dalam mengorganisasi dan mengolah keterangan dan gagasan, sehingga suatu masalah dapat dipahami dan dipecahkan secara imajinatif dalam konteks persekolahan. Sidneu Parnes, Ruth Noller, M.O. Edwards (1997), mengemukakan bahwa pemecahan masalah secara kreatif perlu dilaksanakan melalui lima tahap, yaitu; (1) Menentukan fakta, (2) Menemukan masalah, (3) Menemukan gagasan, (4) Menemukan jawaban, dan (5) Menemukan penerimaan. 

Dalam fase konvergen dilakukan seleksi langkah mana yang betul-betul diperlukan, kemudian disusun secara berurutan yang tepat, berikut kapan, siapa dan dimana kegiatan tersebut dilakukan. Perlu diperhatikan bahwa setiap tahap pemecahan masalah ada dua fase, yaitu fase divergen dan fase konvergen.

 

Faktor-faktor yg mempengaruhi kreatifitas

Beberapa ahli berpendapat tentang faktor-faktor yangmempengaruhi kreativitas diantaranya :
Menurut rogers faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitasadalah sebagai berikut:a. Motivasi, pada setiap orang ada kecenderungan atau dorongan untukmewujudkan potensinya dan mewujudkan dirinya; dorongan untukberkembang dan menjadi matang, dorongan ini merupakan motivasiprimer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubunganhubunganbaru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinyasepenuhnyab. Kondisi eksternal, bibit unggul memerlukan kondisi yang memupukdan memungkinkan bibit itu mengembangkan sendiri potensinya. Kitadapat mengupayakan lingkungan (kondisi eksternal) yang dapatmemupuk dorongan dalam diri anak (Internal) untuk mengembangkankreativitasnya dengan beberapa cara, diantaranya :1) Keamanan psikologi, ini dapat terbentuk dengan beberapa prosesyang saling berhubungan:a) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segalakelebihan dan keterbatasannya.b) Memberikan pengertian secara empiris (dapat ikutmenghayati). Dalam suasana ini memungkinkan untuk timbul,untuk diekspresikan dalam bentuk-bentuk baru dalamhubungan dengan lingkungan. Inilah pada dasarnya yangdisebut memupuk kreativitas. 2) Kebebasan psikologi, jika orang tua atau guru mengizinkan ataumemberikan kesempatan pada anak untuk bebas mengekspresikansecara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya,Permissiveness ini memberikan kepada ada kebebasan dalamberfikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dipikiranya.Menurut Sulaiman Sahlan dan Marwan, faktor yang mempengaruhikreativitas adalah sebagai berikut:9a. Faktor usia, disatu sisi seandainya alam kita dapat berkembang,kreativitas kita akan tetap berkembang berkat adanya latihan danberlawanan dengan kepercayaan umum. Imajinasi itu akan lebih kuatdisaat orang telah mencapai masa dewasa dibandingkan dengan dimasamuda.b. Faktor jenis kelamin, kekuatan otot kaum wanita lebih lemahdibandingkan dengan otot para kaum pria. Namun dalam imajinasiperbandingan ini tidak berlaku, sebagai bukti dari penelitian yangdilakukan oleh Johnson O’connor Fondation, menemukan bahwa rataratabakat kreatif kaum wanita 25% lebih tinggi disbanding dengankaum pria.c. Faktor pendidikan, menurut tes ilmiah, untuk mengetahui bakat kreatif,sedikit sekali atau bahkan tidak ada perbedaan antara orang terpelajardan tidak terpelajar dari kelompok usia yang sama dalam halkreativitas. Banyak orang berpendidikan tinggi dan menelorkan ide-ide yang menonjol, justru dalam hal ini yang penting adalah proses latihandan melakukan percobaan.d. Faktor usaha, faktor usaha dan kemauan yang keras akan mampumembentuk kebiasaan berupa peningkatan kreativitas kita dengan baik.Seperti yang dikatakan Brook Atkinson “kekuatan penggerak” yang“benar-benar menjadi pembeda” timgkat kreativitas bukanya tingkatbakat ilmiah.Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yangmempengaruhi kreativitas adalah: motivasi, kondisi eksternal, usia, jeniskelamin, Pendidikan, dan faktor usaha.Faktor-faktor tersebut tentunya dapat ditumbuhkan denganbeberapa kegiatan yang membawa pengaruh besar terhadappengembangan kreativitas, diantaranya adalah:10a. PermainanAda beragam permainan yang dapat mengembangkankemampuan bevariasi pada anak, sebagai contoh permainanpengembangan imajinasi dan memfokuskan perhatian, mengambilintisari dan bukti, waspada dan menemukan alternative penggantidalam beberapa situasi yang mendesak dan membantu mereka untukmengembangkan bakat mereka.Permainan imajinatif merupakan salah satu sarana yang dapatmengaktifkan kecerdasan anak dan menyelaraskannya. Sehingga, anak menyukai permainan imajinatif dapat menggapai keunggulan dantingkatan kecerdasan tertinggi. Kemampuan berbahasa danmenciptakan keselarasan social. Mereka juga memiliki kemampuanuntuk berinovasi, karena itu diharuskan untuk selalu memotivasi anakterhadap jenis permainan seperti ini.

11Permainan tradisional juga penting dalam mengembangkan danmengaktifkan kecerdasan anak, seperti memuaskan kegemaranpsikologi dan sosial pada anak, dan yang mengembalikan untukbekerjasama dan kerja kolektif, serta mengaktifkan kemampuankemampuanakalnya dengan menjaga, memperhatikan dan berfikiryang memang dituntut dalam permainan seperti ini.b. Cerita dan Buku-buku Imajinasi IlmiahMengembangkan pemikiran ilmiah pada anak dianggap sebagaiindikator penting bagi kecerdasan dan pengembangan. Buku ilmiahmembantu mengembangkan kecerdasan ini, sekaligus menyuguhkankepada mereka suatu metode berfikir ilmiah dan sistematis pada akalanak. Selanjutnya, juga dapat membantunya untuk mengembangkankecerdasan dan kreativitas, dan memajukan kemampuan dasar padaanak.Buku ilmiah bagi anak sekolah dapat membentuk berbagaipengertian ilmiah yang terbilang dan timbul pada masa kanak-kanak,dapat melejitkan anak dalam berfikir ilmiah, dan melakukan sendiri beberapa eksperimen ilmiah yang sederhana. Buku ilmiah jugamerupakan sarana supaya anak dapat merasakan sebagian pemahamanilmiah dan gaya berfikir yang benar dan lurus, serta menekankanpengembangan sisi positif anak terhadap ilmu pengetahuan dan paracendekiawan pada fase ini. 12Buku berperan penting dalam mengembangkan kecerdasananak. Jika sebuah buku disajikan dalam bentuk dan terbitan yangbagus disertai dangan unsur seni, dan gambar yang indah, secaraotomatis akan dapat menambah jenis sensitifitas anak dalammerasakan keindahan sesuatu. Hal ini sekaligus dapat mengembangkandaya ingat anak.c. Lukisan dan DekorasiLukisan dan dekorasi dapat membantu pengembangankecerdasan anak, yang dilakukan dengan cara mengembangkan hobbynyadalam bidang ini, disamping mengembangkan faktor-faktorkreativitas pada anak dengan cara menyingkap korelasi dan merasakanmodifikasi dengan menambah keindahan lukisan dan dekorasi.Lukisan anak menunjukan karakteristik fase perkembanganakal terutama dalam imajinasi anak, disamping sebagai salah satufaktor dalam mengaktifkan akal, hiburan, dan memusatkan perhatian d. Teater anakTeater anak memiliki peran penting dalam pengembangankecerdasan anak, peran ini tumbuh dari pendengaran anak terhadapdongeng dan cerita, dan melakukan permainan yang didasarkan padapola pandangan imajinatif. Seluruh langkah ini dapat mengembangkankemampuan berfikir, itu dikarenakan kemunculan dan perkembanganalat khusus untuk berkomunikasi (baca; bahasa) berfungsi untukmemperkaya model berfikir ini banyak ragamnya dan berkembangsecara sangat cepat dan cermat. 14Dengan demikian teater mampu mengembangkan bahasa yangselanjutnya mengembangkan kecerdasan pada anak, ia juga dapatmembantu anak memperlihatkan permainan imajinatif yangdimilikinya, kemudian anak-anak yang pergi ke teater sekolah mulaimenikmati dan berpartisipasi didalamnya dan memiliki tingkatantertinggi dalam hal kecerdasan, kemampuan berbahasa, keselarasansosial yang baik. Selain itu, mereka juga memiliki kapabilitasberinovasi yang anggu

 

 

By yurzierita

Perlukah Susu Khusus Untuk Ibu Hamil?

Gambar 

 

Sepanjang si ibu dapat memenuhi kebutuhan makanan buat berdua, yakni buat dirinya dan calon bayi.

Seberapa cukup makanan yang harus dikonsumsi bagi wanita yang tengah berbadan dua? Rekomendasi National Research Council menyebutkan, ibu hamil disarankan mengonsumsi jumlah kalori 2500 kalori, selisih 300 kalori saja dengan wanita yang tidak hamil (disyaratkan asupan kalori 2200 kal).

Susu khusus ibu hamil sebenarnya tak begitu dibutuhkan sepanjang pola makan ibu hamil terjaga, baik bagi kesehatan pribadi si ibu atau untuk pertumbuhan si janin. Nah, masalahnya adalah saat perempuan hamil muda, kualitas maupun kuantitas makanan kadang tak terpenuhi. Makanya banyak wanita hamil yang memilih mengonsumsi suplemen, termasuk susu khusus ibu hamil.

Pilihan itu tak sepenuhnya salah sih, hanya lantas jangan menjadi doktrin bahwa ibu yang tengah mengandung wajib hukumnya minum susu khusus untuk ibu hamil. Yang perlu ditekankan justru agar para ibu hamil mengonsumsi suplemen zat besi untuk mencegah anemia.

Lantas, kapan sih ibu hamil wajib minum susu? Tergantung. Ada beberapa kondisi kehamilan yang mewajibkan ibu harus meminumnya, misalnya mereka yang terus-menerus mual pada trimester pertama, tak jarang malah sering muntah. Jika si kondisi ibu hamil seperti itu, susu memang bisa menjadi alternatif sebagai makanan pengganti yang sama kandungan gizinya. Namun ternyata tak harus susu khusus ibu hamil lho, susu biasa yang diminum sebelum hamil tetap dapat dikonsumsi.

Pasalnya, tubuh ibu hamil sudah mempersiapkan diri sedemikian rupa sebelum dia hamil, sehingga meski muntah-muntah, nutrisi yang tersimpan dalam tubuh dapat dijadikan pengganti untuk ibu hamil yang tak bisa makan. Namun sebagai langkah aman, asupan zat gizi, opsinya ya susu itu, harus tetap dilakukan.

Bagaimana kalau ada anggapan minum susu khusus ibu hamil bikin bayi cerdas? Agak salah kaprah memang. Banyak ibu yang beranggapan dengan minum susu khusus, nanti anak lahir cerdas dengan sendirinya. Padahal tidak demikian, lho. Kecerdasan bayi ditentukan banyak hal. Bila hanya minum susu selama hamil, namun begitu si bayi lahir tak dirangsang, juga lingkungan tak kondusif mengakibatkan tumbuh-kembang bayi tak optimal.

ANALISIS ARTIKAEL TERKAIT :

            Susu untuk ibu hamil dibutuhkan selagi hal tersebut memenuhi dan bermanfaat untuk kebtuhan ibu dan calon bayi. Susu khusus ibu hamil sebenarnya digunakan apabila kondisi makanan dan kesehatan ibu yang tidak memungkinkan lagi. Permasalahan ini sering terjadi disaat ibu hamil muda karena disaat hamil muda sering mual-mual, muntah dan pusing misalnya.

Selain itu, ibu hamil juga beranggapan bahwa susu bisa memenuhi kecerdasan anak disaat lahir dan mengoptimalkan tumbuh kembang bayi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

By yurzierita

MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN AUD TENTANG ALAT PERMAINAN BALOK CUISENAIRE

 

KATA PENGANTAR

 

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “alat permainan Peabody” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu matakuliah media pembelajaran anak usia dini.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan alat permainan peabody, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan alat permainan peabody, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah media pembelajaran anak usia dini atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

 

                                Padang , Oktober 2012

 

                                     Kelompok 5

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Kata pengantar ………………………………………………………………………………………….. ..i          

Daftar isi ………………………………………………………………………………………………….. ..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………..1

  • Latar belakang            ……………………………………………………………………………………1
  • Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………1         
  • Manfaat Penulisan………………………………………………………………………………1
  • Rumusan masalah……………………………………………………………………………….1

BAB II ISI…………………………………………………………………………………………………..2

  1. jenis jenis alat permainan balok Cuisenaire…………………………………………….2
  2. pemilihan alat permainan balok Cuisenaire…………………………………………….4
  3. pembuatan alat permainan balok cuisenaire…………………………………………….8
  4. penggunaan alat permainan balok Cuisenaire………………………………………..14

BAB III PENUTUP   …………………………………………………………………………………….17

  • Kesimpulan………………………………………………………………………………………17
  • Saran……………………………………………………………………………………………….17

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………….18

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

  1. 1.       LATAR BELAKANG

Kegiatan bermain sambil belajar merupakan kegiatan yang paling menyenangkan untuk anak-anak. Pada usia 4 – 6 tahun atau pada masa pendidikan Taman Kanak-kanak anak-anak sudah sangat membutuhkan alat untuk bermain dalam rangka mengembangkan kemampuannya, bakatnya, minatnya sesuai dengan apa yang ia lihat dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitarnya. Bermain dengan menggunakan alat permainan dapat memenuhi seluruh aspek kebahagiaan anak. Pada saat anak merasakan senang, maka pertumbuhan otak anak pun kian meningkat sempurna sehingga akan makin memudahkan anak dalam melakukan proses pembelajarannya. Oleh karena itu alat permainan ini tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan anak.

Pada pembahasan  ini kita akan mempelajari dan mencermati alat permainan yang berkaitan dengan pemahaman matematika untuk anak. Alat permainan sebagai sumber belajar mengandung makna bahwa alat permainan tersebut dirancang, dibuat, dan dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan kepada anak TK dalam kegiatan bermain sambil belajarnya.

  1. 2.        TUJUAN PENULISAN

a)      Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah media pembelajaran anak usia dini

b)      Untuk menambah wawasan tentang jenis jenia alat permainan yang diciptakan oleh peabody

c)      Untuk menambah wawasan tentang pembuatan alat permainan balok cuisenaire

d)      Untuk menambah wawasan tentang penggunaan alat permainan balok cuisenaire

  1. 3.        MANFAAT PENULISAN

a)      Mahasiswa dapat mengetahui jenis jenis alat permainan balok cuisenaire

b)      Mahasiswa dapat mengetahui pembuatan alat permainan balok cuisenaire

c)      Mahasiswa dapat  mengetahui pnggunaan alat alat permainan balok cuisenaire

  1. 4.      RUMUSAN MASALAH

Bagaimana pemilihan, pemanfaatan serta pembuatan alat permainan balok cuisenaira yang tepat ?

 

BAB II

ISI

  1. A.   JENIS-JENIS ALAT PERMAINAN BALOK CUISENAIRE

Permainan balok Cuisenaire di ciptakan oleh George Cuisenaire dari belgia. Karena ia melihat sulitnya pemahaman matematika pada anak. Balok Cuisenaire ini banyak dipergunakan di berbagai Negara eropa yang mana gunanya untuk mengajarkan konsep bilangan pada anak.  Berikut ini beberapa jenis  balok yang terdiri dari berbagai ukuran  :

  • 1x1x1 cm : dengan kayu warna asli
  • 2x1x1 cm : bewarna Merah
  • 3x1x1 cm : bewarna hijau muda
  • 4x1x1 cm : bewarna merah muda
  • 5x1x1 cm : bewarna kuning
  • 6x1x1 cm : bewarna hijau tua
  • 7x1x1 cm : bewarna hitam
  • 8x1x1 cm : bewarna coklat
  • 9x1x1 cm : bewarna biru tua
  • 10x1x1 cm : bewarna jingga

Balok-balok ini digunakan dari tingkat taman kanak-kanak sampai sekolah dasar, sebagai alat permainan bagi tingkat pendidikan dasar. Alat ni membantu anak dan besar mafaatnya. Bukan hanya untuk konsep matematika saja, melainkan juga untuk pengembangan bahasa dan untuk peningkatan keterampilan anak dalam bernalar. Kemungkinan lain adalah dapat :

  • Mengembangkan kemampuan berhitung pada anak
  • Pengenalan bilangan
  • Pengenalan bilangan utuh
  • Persiapan menggunakan balok Cuisenaire

Caranya adalah dengan  :

  1. Menghitung tanpa mengerti, asal urutannya sesuai
  2. Menghitung satu-satu
  3. Menghitung dengan menggunakan syair-syair yang sederhana yang didalamnya ada bilangan.
  4. Menggunakan balok Cuisenaire secara bebas, makin dalam anak mengenal balok ini makin canggih pula ciptaannya.
  5. Di tingkat taman kanak-kanak, anak membuat karpet berbentuk segi empat yang kemudian digunakan untuk mengungkapkan beberapa istilah matematis. Hal ini sangat membantu wawasan berpikir dan pebguasaan bahasa anak lagi pula ini bersifat mendasar.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya anak belajar melalui benda kongkrit. Untuk memahami konsep matematika yang bersifat abstrak anak memerlukan benda-benda kongkrit sebagai perantara atau media. Benda-benda tersebut biasanya disebut dengan alat peraga. Penggunaan alat peraga tidak hanya pembentukan konsep anak, tetapi dapat pula digunakan utuk pemahaman konsep, latihan dan penguatan, pelayanan terhadap perbedaan individu, pemecahan masalah, dan lain sebagainya.

Berikut ini beberapa macam  alat peraga pembelajaran matematika antara lain:

a. Alat peraga Kekekalan Luas

Luas daerah persegi panjang, luas daerah persegi, luas daerah segitiga, luas daerah lingkaran, dalil Pythagoras, luas permukaan kubus, luas permukaan  balok, luas permukaan limas, tangram

1) Alat Peraga Kekekalan Panjang

      Tangga garis bilangan, pita garis bilangan, neraca bilangan, mistar hitung dan batang cuisenaire

2) Alat Peraga Kekekalan Volume

      Blok Dienes, volume kubus, volum balok, volum prisma, volum tabung, volum kerucut, volum bola

3) Alat Peraga Kekekalan Banyak

      Abakus biji, lidi, dan kartu nilai tempat

4) Alat Peraga untuk Percobaan dalam Teori Kemungkinan

      Uang logam, dadu, gasingan, paku payung, kartu, distribusi Galton (sesatan hexagon)

5) Alat Peraga untuk Pengukuran

      Meteran, busur derajat, roda meteran, kapak tomahowk, jepit bola, spereometer

6) Bangun-Bangun Geometri

      Macam-macam model bangun geometri

7) Alat Peraga Untuk Permainan Dalam Matematika

      Mobius, aritmetika jam, kartu domino, kartu penebak hati.

  1. B.   PEMILIHAN ALAT PERMAINAN BALOK CUISENAIRE

Pemilihan APE merupakan suatu kegiatan yang memerlukan bekal kemampuan yang memadai. Bekal kemampuan yang dimaksudkan adalah pengetahuan dan keterampilan bagaimana melakukannya sesuai dengan persyaratan-persyaratan tertentu sehingga alat permainan eduaktif yang dibuat betul-betul efektif dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak.

Sebelum memilih alat permainan edukatif, guru harus memperhatikan dulu beberapa persyaratan pembuatannya. Persyaratan tersebut meliputi syarat edukatif, syarat teknis dan syarat estetika.

Penjabaran mengenai syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :

  • · Syarat edukatif                   

Syarat edukatif maksudnya bahwa pembuatan alat permainan edukatif harus

disesuaikan dengan program pendidikan yang berlaku sehingga pembuatannya akan sangat membantu pencapaian tujuan-tujuan yang terdapat di dalam program pendidikan yang disusun. Secara lebih khusus lagi syarat edukatif ini maksudnya bahwa:

a. APE yang dibuat disesuaikan dengan memperhatikan program kegiatan pendidikan

(program pendidikan/ kurikulum yang berlaku)

 

b. APE yang dibuat disesuaikan dengan didaktik metodik artinya dapat membantu

keberhasilan kegiatan pendidikan, mendorong aktifitas dan kreatifitas anak dan sesuai

dengan kemampuan (tahap perkembangan anak.

 

  • · Syarat teknis

Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam pembuatan alat permainan edukatif berkaitan dengan hal-hal teknis seperti pemilihan bahan, kualitas bahan, pemilihan warna, kekuatan bahan dalam suhu-suhu tertentu dan lain sebagainya. Secara lebih rinci syaratsyarat teknis dalam pembuatan alat permainan edukatif adalah:

a. APE dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana (tidak menimbulkan kesalahan konsep) contoh dalam membuat balok bangunan, ketepatan bentuk dan ukuran yang akurat mutlak dipenuhi karena jika ukurannya tidak tepat akan menimbulkan kesalahan konsep.

b. APE hendaknya multiguna, walaupun ditujukan untuk tujuan tertentu tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan pengembangan yang lain.

c. APE dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar,

murah atau dari bahan bekas/sisa.

d. Aman (tidak mengandung unsur yang membahayakan anak misalnya tajam,beracun dan lain-lain)

e. APE hendaknya awet, kuat dan tahan lama (tetap efektif walau cahaya berubah)

f. mudah dalam pemakaian, menambah kesenangan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi

g. dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal.

 

  • · Syarat estetika

Persyaratan estetika ini menyangkut unsur keindahan alat permainan edukatif yang dibuat. Unsur keindahan/ estetika ini sangat penting diperhatikan karena akan memotivasi dan menarik perhatian anak untuk menggunakannya. Hal-hal yang lebih rinci yangberkaitan dengan syarat estetis ini menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. bentuk yang elastis, ringan (mudah dibawa anak)

b. keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)

c. warna (kombinasi warna) serasi dan menarik.

 

Jika guru telah memahami berbagai persyaratan pemilihan APE, selanjutnya guru

harus memahami bagaimana prosedur pembuatan APE.

 

Prosedur pembuatan APE itu sendiri dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a) Guru mengkaji dan memahami karakteristik anak yang ada di lembaga PAUD.

Jika guru akan membuat APE maka guru perlu terlebih dahulu memahami karakteristik anak yang menjadi sasaran pembuatan APE yang dilakukan guru. Setiap anak pada hakekatnya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka guru perlu menentukan secara khas siapa sesungguhnya anak yang akan kita layani dengan APE tersebut.

 

b) Guru menelaaah program kegiatan dan tujuan belajar anak.

Langkah selanjutnya yang harus diperhatikan guru dalam pembuatan alat permainan adalah menelaah program kegiatan dan tujuan belajar anak. Program kegiatan dan tujuan belajar anak yang dimaksud adalah kurikulum yang digunakan di lembaga PAUD. Didalam kurikulum telah secara jelas dan gamblang disajikan mengenai rumusan kemampuan atau kompetensi dan penjabarannya berupa indikator-indikator kemampuan yang harus dicapai atau diperoleh oleh anak. Rumusan kompetensi dan indikator-indikator yang terdapat didalam kurikulum harus ditelaah dan difahami oleh guru sehingga guru memperoleh pemahaman yang utuh mengenai apa saja yang harus dicapai oleh anak usia dini melalui kegiatan belajar/ bermainnya. Dengan pemahaman yang memadai mengenai isi program kegiatan dan tujuan belajar anak akan memudahkan guru dalam membuat alat permainan eduaktif dan disisi lain APE yang dibuat menjadi efektif untuk mengembangkan kemampuan anak.

 

c) memilih isi/ tema dan tujuan belajar dari tema tersebut

Langkah berikutnya yang dilakukan guru dalam pembuatan APE adalah memilih tema dan yang terdapat di dalam kurikulum PAUD atau tema yang dirancang sendiri. Tema adalah alat yang digunakan untuk mencapai berbagai aspek perkembangan anak. Sebenarnya penentuan tema tersebut tidak harus selalu terpaku pada tema-tema yang terdapat di dalam kurikulum, guru dapat membuat dan mengembangkan tema sendiri.

 

 

d) Menginventarisasi APE yang sudah ada dan menelaah apakah APE tersebut telah sesuai dengan kurikulum atau belum.

Proses ini penting dilakukan guru sehingga guru dapat mengetahui APE apa saja yang sebenarnya sangat penting diadalah dan dibuat oleh guru. Seringkali guru membuat APE yang sudah ada dan sebenarnya tidak diperlukan lagi sementara yang belum ada terabaikan.

 

e) Menentukan jenis APE yang akan dibuat dan dikembangkan.

Setelah dilakukan inventarisasi terhadap berbagai APE yang telah ada di lembaga PAUD, guru akan mengetahui secara pasti apa saja APE yang dibutuhkan untuk kegiatan belajar anak. Dalam kenyataannya berdasarkan daftar kebutuhan yang dibuat seringkali APE yang harus dibuat sangat banyak jumlahnya dan semuanya ingin kita buat. Haltersebut tentunya kurang realistis sehingga harus ditentukan priorita pembuatan APE yang benarbenar penting atau krusial untuk dipenuhi.

 

f) Membuat rancangan untuk pembuatan alat permainan

Jika APE yang akan dibuat telah ditentukan maka selanjutnya guru membuat rancangan atau desain alat permainan tersebut untuk memudahkan dalam pembuatannya. Dalam rancangan pembuatan APE tersebut biasanya dikemukakan aspek perkembangan anak yang dapat dikembangkan melalui APE tersebut, Alat dan bahan pembuatan yang dibutuhkan, teknik pembuatan dan bagaimana cara menggunakannya.

 

            g) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

Pada tahap berikutnya berdasarkan rancangan yang telah ada, guru mempersiapkan alat dan bahan-bahan yang diperlukan sehingga pada saat proses pembuatan tidak

mengahadapi kendala dan dapat dilakukan sesuai rencana. Ketersediaan alat dan bahan ini akan sangat menunjang pembuatan alat permainan edukatif yang dibutuhkan oleh lembaga PAUD.

 

 

 

h) Membuat alat permainan sesuai dengan rencana atau sesuai dengan kondisi alat dan bahan yang ada.

Pada tahap ini apa yang telah menjadi rencana dilaksanakan dengan mengikuti prosedur pembuatan yang telah ditentukan. Pada tahap ini ide dan rencana dilaksanakan dengan memanfaatkan alat dan bahan yang telah dipilih. Kejelian dan kreativitas guru akan sangat mendukung dihasilkannya alat permainan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan lembaga PAUD.

 

 

i)        Memeriksa hasil pembuatan alat permainan, apakah sesuai atau benar telah

menghasilkan alat permainan edukatif. Setelah guru membuat alat permainan edukatif tertentu, guru masih perlu mengecek apakah alat permainan edukatif yang dibuat telah sesuai dengan APE yang diharapkan dalam arti telah memenuhi syarat edukatif, teknis dan estetis. Hal tersebut perlu diperhatikan sebab tidak jarang guru yang membuat alat permainan edukatif, setelah ditelaah belum menghasilkan alat permainan edukatif yang sesuai dengan persyaratan yang ada (standar).

 

  1. C.   PEMBUATAN ALAT PERMAINAN BALOK CUISENAIRE

Berikut ini berbagai jenis alat permainan balok Cuisenaire, yaitu :

  1. Pembuatan alat permainan balok dari yang besar sampai yang kecil
  • Alat :

      Gunting

      Pensil

      Penggaris

      Penghapus

  • Bahan :

      Lem

      Karton

 

 

 

  • Teknik pembuatan :

      Karton dibentuk sesuai dengan pola balok ukuran kecil sampai besar

      Kemudian di gunting dengan rapi

      Kemudian di lem dan di cat sesuai dengan selera warna

      Selamat mencoba

  • Gambarnya :

 

 

 

  1. Pembuatan alat permainan bentuk geometri
  • Alat :

      Gunting

      Pensil

      Penggaris

      Penghapus

  • Bahan :

      Lem

      Karton

  • Teknik pembuatan :

      Karton dibentuk sesuai dengan pola ukuran berbagai macam geometri

      Kemudian di gunting dengan rapi

      selanjutnya di lem dan di cat sesuai dengan selera warna

      selamat mencoba

 

 

 

  • gambarnya :

 

 

 

  1. pembuatan permainan jam Styrofoam kreatif
  • alat :

      pisau

      gunting

      spidol

      penggaris

      paku

  • bahan :

      karton

      kertas origami

      Styrofoam

      Lem

  • Teknik pembuatan :

      Styrofoam di bentuk sesuai dengan pola boneka

      Kertas origami di bentuk dengan pola geometri dan di tulis angka 1-12

      Kemudian di tempel pada styofoarm dan di beri jarum jam yang terbuat dari karton

      Selanjutnya di beri hiasan sesuai dengan selera di setiap sudutnya

      Selamat mencoba

Gambarnya:

 

 

 

  1. Pembuatan permainan bola pimpong
  • Alat :

      Gunting

      Spidol

      Penggaris

  • Bahan :

      Lem

      Kardus

      Karton

      Bola pimpong 12 buah

      Kertas origami

      Wadah

  • Teknik pembuatan :

      Kardus di bentuk pola persegi panjang, dan di beri pembatas 5 buah

      Di setiap pembatas di beri warna yang berbeda yang telah di tulis angka 1-6

      Bola pimpong di beri angka menggunakan kertas origami dari angka 1-6

      Wadah di isi dengan serpihan Styrofoam dicampur dengan bola pimpong tadi

      Selamat mencoba

 

Gambarnya:

 

 

  1. Pembuatan permainan dengan menggunakan biji semangka
  • Alat :

      Pensil

      Penggaris

      Penghapus

      Gunting

      spidol

  • Bahan :

      Kardus

      Lem

      Kertas origami

  • Teknik pembuatan :

      Kardus di bentuk sesuai dengan pola belahan semangka

      Kertas origami di  potong terlebih dahulu sesuai dengan pola semangka dan biji semangka

      Di belakang semangka terlebih dahulu di beri angka yang sesuai dengan jumlah biji semangka

      Selamat mencoba

 

Gambar nya :

 

 

  1. Pembuatan permainan dengan puzzle angka
  • Alat :

      Gunting

      Pisau carter

      Rol

      Pensil

      Penghapus

  • Bahan :

      Kertas origami

      Kertas kado

      Lem

 

  • Teknik pembuatan :

      Gunting karton berbentuk persegi panjang, lalu bungkus dengan kertas kado

      Kemudian bentuk berbagai pola geometri pada karton tersebut

      Lalu tempelkan kertas origami warna pada potongan puzzle tersebut

      Lalu potong berbagai geometri tersebut dengan menggunakan pisau carter dan rol

      Lalu pada potongan gambar tersebut di buat angka 0-10 dengan kertas origami, lalu ditempelkan pada potongan puzzle angka tersebut

      Selamat mencoba

  • Gambar nya :

 

 

 

 

  1. D.   PENGGUNAAN ALAT PERMAIAN BALOK CUISENAIRE
  2. Penggunaan permainan balok dari yang kecil sampai yang besar
  • Guru masuk ke dalam kelas dan mengatur posisi duduk anak dengan rapi
  • Sebelum mulai pelajaran guru memperkenalkan terlebih dahulu apa itu balok
  • Selanjutnya guru menyebutkan apa-apa saja contoh-contoh benda dalam berbentuk balok
  • Anak di minta oleh guru untuk menyebutkan dan menentukan apa saja bentuk-bentuk dari balok tersebut dan menyebutkan contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari

      Aspek yang di kembangkan :

ü  Kognitif, anak mampu mengetahui bagaimana bentuk balok

ü  Motorik halus, melatih koordinasi mata dan tanagn anak untuk membedakan balok dari ukuran kecil sampai ukuran besar

ü  Bahasa, anak mampu menjelaskan contoh  bentuk-bentuk dari balok dalam kehidupan sehari-hari

  1. penggunaan permainan alat-alat geometri
  • Guru masuk ke dalam kelas dan mengatur posisi duduk anak dengan rapi
  • Sebelum mulai pelajaran guru memperkenalkan terlebih dahulu bentuk-bentuk geometri apa saja
  • Selanjutnya guru menyebutkan apa-apa saja contoh-contoh benda dalam bentuk geometri di dalam kehidupan sehari-hari
  • Anak di minta oleh guru untuk menyebutkan dan menentukan apa saja bentuk-bentuk dari geometri tersebut dan menyebutkan contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari

      Aspek yang di kembangkan :

ü  Kognitif, anak mampu menyebutkan bentuk-bentuk geometri geometri

ü  Motorik halus, melatih koordinasi mata dan tangan anak untuk membedakan bentuk-bentuk geometri tersebut

ü  Bahasa, anak mampu menjelaskan bentuk-bentuk geometri tersebut

 

  1. penggunaan permainan jam kreatif
  • Guru masuk ke dalam kelas dan mengatur posisi duduk anak dengan rapi
  • Sebelum mulai pelajaran guru memperkenalkan angka kepada anak 1-12 telebih dahulu
  • Selanjutnya guru memperkenalkan media jam kepada anak, disitulah guru memberi tahu apa itu kelebihan dan manfaat dari jam tersebut.
  • Anak di minta oleh guru untuk menunjukan angka dan menyebutkan nama-nama geometri apa yang terdapat dalan jam tersebut.

      Aspek yang di kembangkan

ü  Kognitif, anak mampu menyebutkan angka dan geometri

ü  Motorik halus, melatih koordinasi mata dan tangan anak

 

  1. Penggunaan permainan bola pimpong
  • Guru masuk ke dalam kelas dan mengatur posisi duduk anak dengan rapi
  • Sebelum mulai pelajaran guru memperkenalkan angka kepada anak 1-6  telebih dahulu
  • Selanjutnya guru memperkenalkan media permainan bola pimpong kepada anak
  • Anak diminta oleh guru memasukkan bola-bola pimpong ke dalam kotak dengan nomor yang sesuai
  • Setelah selesai anak diminta menghitung jumlah bola pimpong yang ada pada tiap kotak

      Aspek yang kembangkan :

ü  Kognitif, anak mampu menyebutkan angka

ü  Motorik halus, mampu memindahkan bola pimpong dari wadah kedalam kotak

  1. Penggunaan permainan biji semangka
  • Guru masuk ke dalam kelas dan mengatur posisi duduk anak dengan rapi
  • Sebelum mulai pelajaran guru memperkenalkan media yang akan dipergunakan dan guru menanyakan pada anak macam macam buah-buahan pada anak
  • Selanjutnya guru meminta anak untuk menebak berapa buah biji yang ada pada semangka tersebut
  • Setelah anak memahami, guru menjelaskan pada anak angka yang benar dan guru menyuruh anak mengulangi angka tersebut secara bersama

      Aspek yang di kembangkan :

ü  Kognitif,anak bisa menyebutkan angka yang ada

ü  Motorik halus

 

  1. Penggunaan permainan puzzle angka
  • Guru masuk ke dalam kelas dan mengatur posisi duduk anak dengan rapi
  • Sebelum memulai permainan guru menerangkan kepada anak tentang permainan puzzle
  • Lalu guru mengajak anak untuk mencoba permainan puzzle bersama-sama
  • Setelah selesai permainan guru mengajak anak untuk berhitung

      Aspek yang di kembangkan :

ü  Kognitif,anak bisa menyebutkan angka yang ada

ü  Motorik halus, anak mampu membedakan bentuk angka-angka yang ada di balok tersebut

 

BAB III

PENUTUP

  1. KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa alat  permainan balok s merupakan salah satu alat bermain konstruksi yang bermanfaat untuk anak. Tidak hanya untuk aspek kognitif, motorik, tetapi juga untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak (EQ).

Balok terdiri dari berbagai bentuk. Ada yang segitiga, segiempat, lingkaran, dengan berbagai warna yang menarik. Balok dapat dimainkan sendiri oleh anak, maupun berkelompok dengan teman-temannya. Anak usia batita biasanya belum dapat menciptakan bentuk bangunan yang bermakna. Biasanya anak hanya menumpukkan baloknya saja. Karena pada tahap ini, anak berada dalam tahap perkembangan sensor-motornya. Untuk anak di atas usia batita, mereka sudah dapat menciptakan bentuk yang baru seperti bangunan, jembatan, dan sebagainya.

Karena manfaatnya besar, permainan ini sebaiknya diberikan pada anak sejak usia dini. Untuk bayi, tersedia berbagai balok yang terbuat dari bahan busa.

Manfaat dari bermain balok antara lain:

1) Meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus anak

2) Mengenalkan konsep dasar matematika, yaitu

– mengenalkan konsep berat dan ringan, panjang-pendek, besar-kecil, tinggi-rendah

– belajar mengelompokkan benda berdasarkan bentuk dan warna

– mengenalkan konsep arah kiri-kanan, atas-bawah

3) Merangsang kreativitas dan imajinasi anak

4) Mengembangkan keterampilan bahasa anak (karena anak memberikan label pada benda yang dilihatnya serupa)

Untuk itu sebagai guru kita harus kreatif dalam mendesain alat permainan yang berhubungan dengan matematika. Sebab dengan menariknya alat permainan tersebut, maka akan memudahkan anak untuk memahami dari pembelajaran matematika tersebut.

  1. SARAN

Semoga makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan kita tentang alat permainan yang GEOGE CUISENAIRE, dan kita juga dapat mencontohkan penggunaan alat alat permainannnya dalam mengembangkan pemahaman matematika anak.

 

DAFTAR PUSTAKA

v  Hartati, Sri. 2009 : Media Pembelajaran AUD. Padang. UNP PRESS

http://bundazone.com/kecerdasan-anak/permainan-balok-melatih-eq-anak/

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197408062001121-BADRU_ZAMAN/Bahan_PPG-PGPAUD_UPI.pdf

v  Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia. (2003). Pembuatan dan Penggunaan APE (Alat Permainan Edukatif) Anak Usia 3-6 Tahun. Jakarta : Depdiknas.

 

 

 

By yurzierita

pendidikan karakter AUD

            Artikel tentang pendidikan karakter anak usia dini

 

            Pendidikan karakter merupakan tujuan pendidikan yang mulai dirintis oleh pemerintah kita. Pemerintah menginginkan bukan hanya menghasikan orang-orang pintar tetapi menghasilkan orang-orang yang pintar dan memiliki karakter yang kuat. Sehingga ketika menduduki jabatan dapat menjalankan amanah terebut dengan baik dan bijaksana.

Pendidikan karakter anak yang akan dibahas kali ini ada 2 yaitu : Dampak Pendidikan Karakter Terhadap Akademi Anak dan Lingkungan Keluarga Pengaruhi Pendidikan Karakter Anak

 

                        Dampak Pendidikan Karakter Terhadap Akademi Anak

            Mungkin banyak yang bertanya-tanya sebenarnya apa sih dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership. Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.

 

            Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.

 

            Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

 

 

            Sebuah buku yang baru terbit berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.

 

            Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.

 

            Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter.

            Selain itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya, kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek kecerdasan otak, dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan budi pekerti menjadi bahan pembicaraan ramai. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya sebagian besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran di sekolah. Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan merasa “bodoh” karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah lagi dengan adanya sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang tidak masuk “10 besar”, sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana sejak dini anak-anak justru sudah “dibunuh” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang berkepanjangan yang akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri, akan menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan mendorong remaja berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita lihat perilaku remaja kita yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah, dan menurunnya mutu lulusan SMP dan SMU.

 

            Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgent untuk dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP dan SMU, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia. Kami ingin mengutip kata-kata bijak dari pemikir besar dunia.

 

Mahatma Gandhi memperingatkan tentang salah satu tujuh dosa fatal, yaitu “education without character”(pendidikan tanpa karakter).

 

Dr. Martin Luther King juga pernah berkata: “Intelligence plus character….that is the goal of true education” (Kecerdasan plus karakter….itu adalah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya).

Juga Theodore Roosevelt yang mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)

 

Lingkungan Keluarga Pengaruhi Pendidikan Karakter Anak

            Lingkungan keluarga menjadi faktor penting dalam menanamkan pendidikan karakter anak, di luar faktor pendidikan di sekolah serta lingkungan sosial. Lingkungan keluarga ini, bisa dimulai dari situasi dalam keluarga dan pola pendidikan yang dilakukan.

Jika pola pendidikan karakter di tengah keluarga sudah terbangun dengan baik, dengan sendirinya anak akan lebih mudah untuk menerima pendidikan karakter di sekolah..
 

“Sebab persoalan yang sekarang jamak terjadi saat ini banyak orang tiua yang stres dan depresi akibat persoalan hidup yang kompleks. Pada situasi ini bagaimana mungkin orang tua mampu memberikan pendidikan karakter yang dibutuhkan,” ujar praktisi Soul Healer dan pendidikan karakter, Irma Rahayu dalam diskusi ‘Karakter dan Jatidiri Bangsa dalam Pembangunan Kebudayaan’, yang digelar Kelompok Diskusi (Poksi) Komisi X FPKS DPR RI, Rabu (15/2).
 

Irma mengatakan, untuk menanamkan pendidikan karakter yang baik dari keluarga perlu dilihat dulu kondisi orang tua. Yang paling penting menurutnya, membuang depresi kedua orang tua di tengah persoalan hidup yang komplek. 

Sayangnya, kata Irma, yang terjadi sekarang ini orang tua sering mengabaikan dan menyerahkan pendidikan karakter anak kepada sekolah. Persoalan baru pun muncul saat para pengajar (guru) yang harusnya bisa memberikan pendidikan karakter ini juga sudah membawa stres darirumahnya.
 

Ditambah dengan lingkungan sosial si anak yang kurang mendukung, jadilah masalah pendidikan karakter ini mandeg. “Kalau sudah kompleks tidak ada yang mau disalahkan dalam kegagalan,” tambahnya .

Anggota Komisi X, Soenmandjaja Roekmandis menambahkan, kegagalan keluarga dalam menanamkan pendidikan karakter memang bisa dimulai dari hal yang kecil di tengah keluarga.
 

Ia mencontohkan, bagaimana orang tua menyuruh anak rajin ke masjid tetapi orang tuanya sendiri juga jarang melakukannya. “Atau orang tua yang memperingatkan anaknya untuk tidak merokok tapi dilakukan orang tua sambil merokok,” ungkap Roekamndis.

 

Secara luas, anggota Badan Legislasi DPR RI ini menyampaikan, orang tua, keluarga, guru, lingkungan pendidikan dan masyarakat merupakan cita idealisme anak. Oleh anak mereka dijadikan sosok atau figur ideal selama dalam proses identifikasi, asimilasi dan sublimasi.

Manakala ‘figur’ anak itu menampakkan sesuatu yang mendatangkan kekecewaan, maka anak- anak –pemuja– itu akan mengalami split personality. “Dalam situasi ini pendidikPendidikan

 

 

ANALISIS

            Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

 

            Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter.

By yurzierita