1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara tuntas. Kreativitas dapat didefinisikan dalam beranekaragam pernyataan tergantung siapa dan bagaimana menyorotinya. Istilah kreativitas dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan
Menurut Solso (Csikszentmihalyi,1996) kreativitas adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi. Drevdal (dalam Hurlock, 1999) menjelaskan kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, mungkin mencakup pembentukan polapola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya serta pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Bentuk-bentuk kreativitas mungkin berupa produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin juga bersifat prosedural atau metodologis. Jadi menurut ahli ini, kreativitas merupakan aktivitas imajinatif yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat. Munandar (1995) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau suatu kombinasi baru berdasarkan unsurunsur yang telah ada sebelumnya menjadi sesuatu yang bermakna atau bermanfaat.
2. Komponen Pokok Kreativitas
Suharnan (dalam Nursisto, 1999) mengatakan bahwa terdapat beberapa komponen pokok dalam kreativitas yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aktifitas berpikir, kreativitas selalu melibatkan proses berpikir di dalam diri seseorang. Aktifitas ini merupakan suatu proses mental yang tidak tampak oleh orang lain, dan hanya dirasakan oleh orang yang bersangkutan. Aktifitas ini bersifat kompleks, karena melibatkan sejumlah kemampuan kognitif seperti persepsi, atensi, ingatan, imajeri, penalaran, imajinasi, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.
b. Menemukan atau menciptakan sesuatu yang mencakup kemampuan menghubungkan dua gagasan atau lebih yang semula tampak tidak berhubungan, kemampuan mengubah pandangan yang ada dan menggantikannya dengan cara pandang lain yang baru, dan kemampuan menciptakan suatu kombinasi baru berdasarkan konsep-konsep yang telah ada dalam pikiran. Aktifitas menemukan sesuatu berarti melibatkan proses imajinasi yaitu kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau situasi di dalam pikiran sebelum sesuatu yang baru diharapkan muncul.
c. Sifat baru atau orisinal. Umumnya kreativitas dilihat dari adanya suatu produk baru. Produk ini biasanya akan dianggap sebagai karya kreativitas bila belum pernah diciptakan sebelumnya, bersifat luar biasa, dan dapat dinikmati oleh masyarakat. Menurut Feldman (dalam Semiawan dkk, 1984). sifat baru yang dimiliki oleh kreativitas memiliki ciri sebagai berikut:
1) Produk yang memiliki sifat baru sama sekali, dan belum pernah ada sebelumnya.
2) Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi beberapa produk yang sudah ada sebelumnya.
3) Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil pembaharuan (inovasi) dan pengembangan (evolusi) dari hal yang sudah ada.
d. Produk yang berguna atau bernilai, suatu karya yang dihasilkan dari proses kreatif harus memiliki kegunaan tertentu, seperti lebih enak, lebih mudah dipakai, mempermudah, memperlancar, mendorong, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, dan mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak.
Mencermati uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen pokok kreativitas adalah; 1) aktifitas berpikir, yaitu proses mental yang hanya dapat dirasakan oleh individu yang bersangkutan, 2) menemukan atau menciptakan, yaitu aktivitas yang bertujuan untuk menemukan sesuatu atau menciptakan hal-hal baru, 3) baru atau orisinal, suatu karya yang di hasilkan dari kreativitas harus mengandung komponen yang baru dalam satu atau beberapa hal dan, 4) berguna atau bernilai, yaitu karya yang dihasilkan dari kreativitas harus memiliki kegunaan atau manfaat tertentu.
Bermain dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini
Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam suasana bermain aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui khayalan, drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini memungkinkan anak untuk mengembangkan pearasaan bebas secara psikologis
Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak terlalu cepat di evaluasi, akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak.
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas
Bermain memberikan keseempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain serta mengartikannya dalam banyak alternatif cara.Selain itu bermain memberikan kesempatan pada individu untuk berpikir dan bertindak imajinatif, serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreativitas anak
Berbagai bentuk bermain yang dapat membantu mengembangkan kreativitas, antara lain
1. Mendongeng
2. Menggambar
3. Bermain alat musik sederhana
4. Bermain dengan lilin atau malam
5. Permainan tulisan tempel
6. Permainan dengan balok
7. Berolahraga
Komputer, Video game dan Alat Permainan Elektronik
Alat permainan yang ada saat ini tidak hanya terbatas pada alat permainan tradisional, tetapi dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, semakin canggih pula alat permainan yang digunakan oleh anak-anak. Kebanyakan alat permainan yang canggih bersifat otomatis, dan menggunakan tombol seperti komputer, video game, dan juga game online, yaitu sebuah permainan yang memungkinkan pemain yang saling bertanding berada pada belahan dunia manapun, dengan bantuan akses interne,serta beberapa alat permainan elektronik lainnya. Beberapa permainan bersifat adu tangkas, beberapa yang lain merupakan pelajaran.
Sebenarnya yang dipacu alat permainan elektronik adalah kemampuan anak untuk bereaksi cepat, penerapan strategi, dan dengan latihan yang terus menerus, sehungga anak akan menjadi tangkas. Tetapi permainan yang ada pada komputer maunpun video game terkadang kurang mampu mengasah kemampuan pemecahan masalah, mengingat anak tidak belajar untuk sampai kepada jawaban yang benar melalui proses-proses yang harus dilaluinya. Terkadang anak hanya menekan tombol saja untuk mendapatkan jawaban yang benar, ini bukanlah meruakan gambaran kondisi yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari.
Komputer dan video game sering membatasi interaksi anak dengan orang lain. Walaupun permainan dimainkan berdua dengan anak lain, tetapi anak lebih berinteraksi dengan komputer atau video game dan bukanlah dengan teman sepermainannya. Tema permainan yang ada di komputer atau video game beberapa diantaranya bersifat agresif, seperti tembak menembak, kejar-kejaran, dan sebagainya. Imajinasi anak memang dapat masuk kedalam permainan tersebut, namun imajinasi yang dibangun, bukanlah hasil ciptaannya. Jadi kurang mendukung pengemabngan kreativitas anak
Mengingat pesonanya yang begitu besar, komputer dan video game bisa mempengaruhi jadwal kegiatan anak sehari-hari. Namun dibalik kesemuanya, ada beberapa nilai positif dari komputer dan video game, diantaranya dapat mengembangkan koordinasi tangan, mata, kemampuan berpikir cepat, karena anak dirangsang untuk melihat dan langsung bereaksi dengan menekan tombol-tombol yang tepat. Selain itu beberapa orang ercaya bahwa alat permainan ini bia meningkatkan rentang konsentrasi anak.
Orang tua dan guru perlu menimbang berbagai dampak yang mungkin muncul terhadap anak bila bermain komputer dan video game, dengan mencoba mengurangi dampak negatifnya, seperti pengaruhnya terhadap kesehatan, kurang interaktifnya anak dengan lingkungannya, kemungkinana terhambatnya pengembangan berpikir kreatif, dan sebagainya. Selanjutnya menitik beratkan pada pengaruh positifnya.
Faktor-faktor pengembangan kreatifitas
A. Kreativitas dan Teori Belahan Otak
Para pakar kreativitas, misalnya Calark (1988) dan Gown (1989) melalui “Teori Belahan Otak” (Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yakni belahan otak kiri (left hemisphere) dan otak kanan (right hemisphere). Fungsi otak belahan kiri adalah berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat ilmiah, kritis, logis, linier, teratur, sistematis, terorganisir, beraturan dan sejenisnya. Adapun fungsi otak kanan, adalah berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat non linear, non verbal, holistik, humanistic, kreatif, mencipta, mendesain, bahkan mistik dan sejenisnya.
B. Pengertian Kreativitas Secara Umum
a. Barron (1982 : 253)
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru disini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
b. Guilford (1970 : 236)
Kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang kreatif.
c. Utami Munandar (1992 : 41)
Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
d. Rogers (1992 : 48)
Kreativitas adalah proses munculnya hasil-hasil baru dalam suatu tindakan.
e. Drevdahl (Hurlock; 1978 : 3)
Kreativitas adalah kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sentesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola bar dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
Rhodes mengelompokkan definisi-definisi kreativitas ke dalam empat kategori yaitu sebagai berikut :
1. Product
2. Person
3. Process
4. Press
C. Pengertian Kreativitas Menurut Torrance
Menurut Torrance (1981) kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan.
D. Pendekatan Terhadap Kreativitas
Pendekatan psikologis lebih melihat kreativitas dari segi kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri individu sebagai faktor-faktor yang menentukan kreativitas seperti : inteligensi, bakat, motivasi, sikap, minat, dan disposisi kepribadian lainnya.
Pendekatan sosiologis berasumsi bahwa kreativitas individu merupakan hasil dari proses interaksi sosial, dimana individu dengan segala potensi & disposisi kepribadiannya di pengaruhi oleh lingkungan sosial tempat individu itu berada, yang meliputi ekonomi, politik, kebudayaan dan peranan keluarga.
Beberapa faktor sosiologis yang kondusif bagi perkembangan kreativitas, yaitu :
1. Tersedianya sarana-sarana kebudayaan
2. Keterbukaan terhadap keragaman cara berpikir
3. Adanya keleluasan bagi keragaman cara berpikir
4. Adanya toleransi terhadap pandangan-pandangan yang divergen
5. Adanya penghargaan yang memandai terhadap orang-orang yang berprestasi
E. Perkembangan Kreativitas
1. Tahap sensori – motorik ( 0 – 2 tahun)
Pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan-tindakan anak masih berupa tindakan-tindakan fisik yang bersifat refleksif, pandangannya terhadap objek masih belum permanen, belum memiliki konsep tentang ruang dan waktu, belum memiliki konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan reflek-reflek, belum memiliki konsep tentang diri, ruang dan belum memiliki kemampuan berbahasa.
2. Tahap Praoperasional ( 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan dating, meskipun dalam jangka waktu pendek.
3. Tahap Operasional Konkrit ( 7 – 11 tahun)
Faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas itu adalah :
a. Anak sudah mulai mampu untuk menampilkan operasi-operasi mental
b. Mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang sederhana
c. Mulai berkembang kemampuan untuk memelihara identitas-identitas diri
d. Konsep tentang ruang sudah semakin meluas
e. Sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
f. Sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan objek-objek konkrit.
4. Tahap Operasional Formal ( 11 tahun ke atas)
Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi kreativitas ini, yakni :
a. Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proposional berdasarkan pemikiran logis
b. Remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proporsional berdasarkan pemikiran logis
c. Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang relatif
d. Remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relative
e. Remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel dalam menghadapi masalah yang kompleks
f. Remaja sudah mampu melakukan abstraksi relative dan berpikir hipotesis
g. Remaja sudah memiliki diri ideal
h. Remaja sudah menguasai bahasa abstrak
F. Tahap-tahap Kreativitas
1. Persiapan (preparation)
2. Inkubasi (incubation)
3. Iluminasi (illumination)
4. Ferifikasi (verification)
G. Karakteristik Kreativitas
Diers (Adams : 1976) mengemukakan bahwa karakteristik :
1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
2. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
3. Penuh percaya diri
4. Toleran terhadap ambiguitas
5. Bersifat sensitive, dan lain-lain
Utami Munandar (1992) mengemukakan cirri-ciri kreativitas antara lain :
1. Senang mencari pengalaman baru
2. Memiliki inisiatif
3. Selalu ingin tahu
4. Mempunyai rasa humor
5. Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi, dan lain-lain.
Clark (1988) mengemukakan karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut :
1. Memiliki disiplin diri yang tinggi
2. Senang berpetualang
3. Memiliki wawasan yang luas
4. Mampu berpikir periodic
5. Memerlukan situasi yang mendukung
6. Sensitif terhadap lingkungan
7. Memiliki nilai estetik yang tinggi
Torance (1981) mengemukakan karakteristik kreativitas adalah :
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
2. Tekun dan tidak mudah bosan
3. Percaya diri dan mandiri
4. Berani mengambil resiko
5. Berpikir divergen
H. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Utami Munandar (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah :
1. Usia
2. Tingkat pendidikan orang tua
3. Tersedianya fasilitas
4. Penggunaan waktu luang
Clark (1983) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas ke dalam 2 kelompok yakni :
1. Faktor-faktor yang mendukung
– Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan
– Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan
– Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu
– Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian
2. Faktor-faktor yang menghambat
– Tidak menghargai terhadap fantasi dan hayalan
– Otoritarianisme
– Diferensiasi antara bekerja dan bermain
– Stereotif peran seks/jenis kelamin
– Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan.
I. Masalah yang sering timbul pada anak kreatif
1. Pilihan karir yang tidak realistis
2. Hubungan dengan guru dan teman sebaya
3. Perkembangan yang tidak selaras
4. Tiadanya tokoh-tokoh ideal
J. Upaya membantu perkembangan kreativitas dan implikasinya bagi pendidikan
Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif Torrance (1977) menamakan relasi bantuan dengan istilah “Creative relationship” yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak
2. Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan
3. Pembimbing lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.
4. Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu kepada anak.
5. Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.
Dedi Supriadi (1994) mengemukakan sejumlah bantuan yang dapat digunakan untuk membimbing perkembangan anak-anak kreatif, yaitu sebagai berikut :
1. Menciptakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya
2. Mengakui dan menhargai gagasan-gagasan anak
3. Menjadi pendorong bagi anak untuk mengkombinasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya.
4. Membantu anak memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap dan bukan malah menghukumnya
5. Memberikan peluang untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasannya
6. Memberikan informasi-informasi mengenai peluang-peluang yang tersedia
Pengembangan berpikir kreatif pada anak usia dini
KREATIVITAS ANAK
Oleh : Prima Dewi Gratia, M.Pd
Usia dini adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Perolehan kesempatan untuk dapat mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan pada usia dini sangat menentukan keberhasilan perkembangan anak selanjutnya.
Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif tanpa kecuali walaupun setiap orang berbeda dalam macam bakat yang dimiliki serta derajat atau tingkat dimilikinya bakat tersebut. Satu hal yang penting adalah bahwa ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat ditingkatkan, dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif tersebut tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat terpendam, yang tidak dapat diwujudkan.
Untuk memahami kreativitas pada anak-anak, ada satu yang harus membedakan kreativitas dari kecerdasan dan bakat. Ward (1974) menyatakan tentang kreativitas anak-anak dapat dibedakan dari kemampuan kognitif. Studi-studi terakhir menunjukkan bahwa komponen-komponen dari potensi kreatif dapat dibedakan dari kecerdasan (Moran, 1983). Istilah ”gifted” sering digunakan untuk menyatakan anak yang memiliki kecerdasan tinggi. Wallach (1970) berpendapat bahwa ”kecerdasan dan kreativitas tidak terikat satu sama lain, dan anak yang sangat kreatif bisa saja kecerdasannya tidak tinggi”. Kreativitas tidak hanya di dalam musik, seni, atau penulisan, tetapi juga di dalam ilmu pengetahuan, ilmu kemasyarakatan dan bidang-bidang lain.
Untuk anak-anak, kreativitas difokuskan pada proses: pembuatan gagasan-gagasan. Penerimaan orang dewasa dari banyaknya gagasan-gagasan di dalam suasana yang tidak evaluatif akan membantu anak-anak menghasilkan lebih banyak gagasan-gagasan atau bergerak ke langkah yang berikutnya, evaluasi diri. Ketika anak-anak mengembangkan kemampuan untuk evaluasi diri, mutu isu-isu dan pembuatan produk-produk menjadi lebih penting. Penekanan pada usia ini adalah menjelajah kemampuan-kemampuan mereka untuk menghasilkan dan mengevaluasi hipotesis, dan meninjau kembali gagasan mereka yang didasarkan pada evaluasi. Evaluasi oleh yang lain dan ukuran-ukuran untuk produk-produk dengan sebenarnya penting hanya digunakan anak remaja atau orang dewasa yang lebih tua.
BAGAIMANA ORANG DEWASA MENDORONG KREATIVITAS?
1. Menyediakan lingkungan yang mengizinkan anak untuk menjelajah dan bermain tanpa pengekangan-pengekangan yang tak pantas.
2. Menyesuaikan diri dengan gagasan-gagasan anak-anak.
3. Menerima gagasan-gagasan yang tidak biasa dari anak-anak, pemecahan masalah divergen anak-anak
4. Mengggunakan pemecahan masalah kreatif di semua bagian-bagian pelajaran. Gunakan masalah yang secara alami tentu saja terjadi di hidup setiap hari
5. Memberikan waktu untuk anak menjelajah semua berbagai kemungkinan, menggerakkan dari populer ke gagasan-gagasan lebih asli.
6. Menekankan proses dibanding produk.
BERMAIN DAN KREATIVITAS
Kreativitas anak usia dini adalah kreativitas alamiah yang dibawa dari sejak lahir. Kreativitas alami seorang anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunya yang besar. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada orang tuanya terhadap sesuatu yang dilihatnya. Adakalanya pertanyaan itu diulang-ulang dan tidak ada habis-habisnya. Selain itu anak juga senang mengutak-atik alat mainannya sehingga tidak awet dan cepat rusak hanya karena rasa ingin tahu terhadap proses kejadian.
Para ahli menegaskan bahwa kreativitas mencapai puncaknya di usia antara 4 sampai 4,5 tahun. Anak usia prasekolah memiliki imajinasi yang amat kaya sedangkan imajinasi merupakan dasar dari semua jenis kegiatan kreatif. Mereka memiliki “kreativitas alamiah” yang tampak dari perilaku seperti sering bertanya, tertarik untuk mencoba segala sesuatu, dan memiliki daya khayal yang kuat (Kak Seto, 2004:11).
Menurut Abdurrahman (2005:35), kreativitas anak adalah kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel dalam merespon dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas. Pada anak usia dini kreativitas akan terlihat jelas ketika anak bermain, di mana ia menciptakan berbagai bentuk karya, lukisan ataupun khayalan spontanitas dengan alat mainannya. Adapun ciri-ciri kreativitas alamiah meliputi: imajinatif, senang menjajaki lingkungan (exploring), banyak mengajukan pertanyaan, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, suka melakukan ”eksperimen”, terbuka untuk rangsangan-rangsangan baru, berminat untuk melakukan macam-macam hal, ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, dan tidak pernah merasa bosan (Majalah Nakita, 2003: 7 edisi Agustus 2003).
Bermain adalah awal dari perkembangan kreativitas, karena dalam kegiatan yang menyenangkan itu, anak dapat mengungkapkan gagasan-gagasan secara bebas dalam hubungan dengan lingkungannya. Oleh karena itu kegiatan tersebut dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan kreativitas anak.
Guilford (dalam Hawadi, 2001:3) dengan analisis faktornya menemukan ada lima ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir kreatif: pertama, kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan. Kedua, keluwesan (flexibility) adalah kemampuan mengajukan bermacam-macam pendekatan atau jalan pemecahan masalah. Ketiga, keaslian (originality) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise. Keempat, penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci. Kelima, perumusan kembali (redefinition) adalah kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.
ALASAN PERLUNYA DIKEMBANGKAN KREATIVITAS PADA ANAK
Dr. Utami Munandar memberikan empat alasan perlunya dikembangkan kreativitas pada anak yaitu: Pertama, dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya dan ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Kedua, kreativitas atau cara berpikir kreatif, dalam arti kemampuan untuk menemukan cara-cara baru memecahkan suatu permasalahan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak saja berguna tapi juga memberikan kepuasan pada individu. Hal ini terlihat jelas pada anak-anak yang bermain balok-balok atau permainan konstruktif lainnya. Mereka tanpa bosan menyusun bentuk-bentuk kombinasi baru dengan alat permainannya sehingga seringkali lupa terhadap hal-hal lain. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya. Dengan kreativitas seseorang terdorong untuk membuat ide-ide, penemuan-penemuan atau teknologi baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS
Kreativitas seseorang berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan). Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri, seperti kondisi kesehatan fisik, tingkat kecerdesan (IQ), dan kesehatan mental. Sementara faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas yaitu, (1) orang tua atau pendidik dapat menerima anak apa adanya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan mampu, (2) orang tua atau guru bersikap empati kepada anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan, dan perilaku anak, (3) orang tua atau pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapatnya, (4) orang tua atau pendidik memupuk sikap dan minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif, (5) orang tua atau pendidik menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif-inovatif.
Kreativitas membutuhkan EQ (kecerdasan emosional). Goleman seorang pakar EQ mengatakan, IQ menyumbang 20 persen saja dalam keberhasilan seseorang sementara 80 persen lainnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lainnya. Misalnya kesediaan untuk bekerja keras, disiplin, rasa percaya diri, dan termasuk di dalamnya EQ. Kesemuanya faktor penunjang kreativitas ini dapat dibina, dilatih, dan dikembangkan sejak anak berusia dini.
Antara kreativitas dan intelegensi terdapat perbedaan. Apabila kita mengacu kepada teori Guilford tentang Structure of Intelect (dalam Hawadi, 2001:19) maka intelegensi lebih menyangkut pada cara berpikir konvergen (memusat), sedangkan kreativitas lebih berkenaan dengan cara berpikir divergen (menyebar). Munandar menjelaskan bahwa berpikir konvergen adalah pemberian jawaban atau penarikan kesimpulan yang logis (penalaran) dari informasi yang digunakan dengan penekanan pada pencapaian jawaban tunggal yang paling tepat. Adapun berpikir divergen (yang juga disebut berpikir kreatif) adalah kemampuan memberikan bermacam-macam jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman, jumlah, dan kesesuaian.
Mengenai hubungan kreativitas dan intelegensi dapat diamati melalui hasil studi para ilmuwan psikologi. Torrance (1965) dalam temuan hasil penelitiannya menjelaskan bahwa anak-anak yang tinggi kreativitasnya memiliki taraf intelegensi (IQ) di bawah rata-rata IQ kelompok sebayanya. Dalam kaitannya dengan keberbakatan (giftedness), Torrance mengemukakan bahwa IQ tidak dapat dijadikan ukuran satu-satunya sebagai kriteria untuk mengidentifikasi anak-anak yang berbakat. Apabila yang digunakan untuk menetukan kriteria keberbakatan hanya IQ, diperkirakan 70% anak yang memiliki tingkat kreativitas tinggi akan tersingkir dari penyaringan.
PERAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK
Kreativitas merupakan kunci sukses dan keberhasilan dalam kehidupan. Orang yang tidak kreatif, kehidupannya statis dan sulit sekali meraih keberhasilan. Dengan keadaan zaman yang sudah mengglobal dan penuh dengan tantangan serta persaingan seperti sekarang ini membutuhkan orang-orang yang kreatif. Begitu bermaknanya kreativitas bagi kehidupan seseorang, maka pendidikan dan pengembangan kreativitas tidak bisa ditunda-tunda, harus dimulai sejak usia dini. Agar kreativitas anak dapat berkembang secara optimal, maka orang tua atau guru dapat melakukan strategi 4P yaitu ; Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk.
Pribadi, orang tua harus paham, tiap anak memiliki pribadi berbeda, tiap anak adalah unik. Karena itu kreativitas juga merupakan sesuatu yang unik. Pendorong, untuk mengembangkan kreativitas anak, orang tua harus dapat memberikan dorongan kepada anaknya agar dapat memunculkan motivasi dalam diri anak yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Proses, jika sarana dan prasana sudah tersedia, dorongan sudah ada, maka anakpun akan berproses dan berkreasi. Nah, proses inilah yang penting untuk anak ketika bermain. Ia akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif. Entah dengan melukis, menyusun balok-balok menjadi sebuah menara dan sebagainya. Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan. Sebab, secara intuitif anak akan tahu, apakah penghargaan itu tulus atau sekadar basa-basi. Produk, setelah ketiga faktor di atas dipenuhi, maka anakpun akan menghasilkan produk kreatif. Produk kreatif anak usia dini dapat berupa lukisan, alat mainan, bentukan tanah liat. Peran orang tua di sini adalah memberikan penghargaan atas produk-produk yang dihasilkan anak dengan cara memberi pujian atau memajang hasil karya anak.
Kreativitas anak akan berkembang jika orang tua mempunyai kebiasaan-kebiasaan kreatif seperti teliti, cermat, disiplin, dan keteraturan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dicontoh oleh anak. Selain itu kreatif dalam berkarya seperti membuat alat permainan bersama-sama dengan anak, memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada di lingkungan atau bahan bekas kemasan kebutuhan rumah tangga.
Peran orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan kreativitas anak, bukan memaksakan kehendak kepada anak. Karena kreativitas lebih bersifat personal dan privasi, ketimbang sosial dan massal, maka tumbuh kembangnya membutuhkan berbagai interaksi. Menumbuhkembangkan pola interaksi yang positif antara orang tua dengan anak di rumah melalui bermain dengan suasana yang menyenangkan merupakan sarana yang paling baik untuk merangsang dan mengembangkan kreativitas anak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, J. 2005. Tahapan Mendidik Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam
Hawadi, R. 2001. Kreativitas. Jakarta:Grasindo
Moeslichatoen. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak. Jakarta: Rineka Cipta
Munandar, U. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Safaria, T. 2005. Creativity Quotient. Jogjakarta: Platinum
Seto. 2004. Bermain dan Kreativitas. Jakarta:Papas Sinar Sinanti
Supriadi, D. 1997. Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta
Widayati, C. Sri, dkk. 2002. Reformasi Pendidikan Dasar. Jakarta: Grasindo
Teknik kreatif dalam pemecahan masalah kreatif
Teknik kreatif dalam pemecahan masalah diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan (Treffinger dalam Munandar, 1999). Pada tingkat pertama diperkenalkan teknik sumbang saran dan teknik daftar periksa atau daftar pertanyaan yang memacu gagasan. Prakondisi yang diperlukan adalah terciptanya suasana atau iklim yang kondusif bagi pemikiran dan sifat kreatif, yaitu dengan melakukan pemanasan (Warning – Up), mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban atau mendorong partisipan mengajukan pertanyaan terhadap suatu masalah.
Teknik tingkat kedua adalah melatih proses pemikiran yang lebih majemuk, seperti yang dituntut pada teknik sinektik dan teknik futuristik. Pada teknik sinektik orang akan dilatih berpikir berdasarkan analogi dalam pemecahan masalah, diperkenalkan dalam penggunaan analogi fantasi, analogi langsung dan analogi pribadi. Teknik futuristik membantu orang untuk mengantisipasi dan menciptakan masa depannya, antara lain dengan menggambarkan garis besar waktu yang mencakup masa lalu, masa kini dan masa depan.
Teknik tingkat ketiga adalah menghadapkan orang pada tantangan dan masalah nyata. Pendekatan pertama ialah pemecahan masalah secara kreatif yang meliputi lima tahap, yaitu tahap: penemuan fakta, penemuan masalah, penemuan gagasan, penemuan solusi dan implementasi.
Dengan melihat tahapan pemecahan masalah menurut Treffinger, teknik pemecahan masalah persekolahan secara kreatif merupakan teknik yang sistematik dalam mengorganisasi dan mengolah keterangan dan gagasan, sehingga suatu masalah dapat dipahami dan dipecahkan secara imajinatif dalam konteks persekolahan. Sidneu Parnes, Ruth Noller, M.O. Edwards (1997), mengemukakan bahwa pemecahan masalah secara kreatif perlu dilaksanakan melalui lima tahap, yaitu; (1) Menentukan fakta, (2) Menemukan masalah, (3) Menemukan gagasan, (4) Menemukan jawaban, dan (5) Menemukan penerimaan.
Dalam fase konvergen dilakukan seleksi langkah mana yang betul-betul diperlukan, kemudian disusun secara berurutan yang tepat, berikut kapan, siapa dan dimana kegiatan tersebut dilakukan. Perlu diperhatikan bahwa setiap tahap pemecahan masalah ada dua fase, yaitu fase divergen dan fase konvergen.
Faktor-faktor yg mempengaruhi kreatifitas
Beberapa ahli berpendapat tentang faktor-faktor yangmempengaruhi kreativitas diantaranya :
Menurut rogers faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitasadalah sebagai berikut:a. Motivasi, pada setiap orang ada kecenderungan atau dorongan untukmewujudkan potensinya dan mewujudkan dirinya; dorongan untukberkembang dan menjadi matang, dorongan ini merupakan motivasiprimer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubunganhubunganbaru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinyasepenuhnyab. Kondisi eksternal, bibit unggul memerlukan kondisi yang memupukdan memungkinkan bibit itu mengembangkan sendiri potensinya. Kitadapat mengupayakan lingkungan (kondisi eksternal) yang dapatmemupuk dorongan dalam diri anak (Internal) untuk mengembangkankreativitasnya dengan beberapa cara, diantaranya :1) Keamanan psikologi, ini dapat terbentuk dengan beberapa prosesyang saling berhubungan:a) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segalakelebihan dan keterbatasannya.b) Memberikan pengertian secara empiris (dapat ikutmenghayati). Dalam suasana ini memungkinkan untuk timbul,untuk diekspresikan dalam bentuk-bentuk baru dalamhubungan dengan lingkungan. Inilah pada dasarnya yangdisebut memupuk kreativitas. 2) Kebebasan psikologi, jika orang tua atau guru mengizinkan ataumemberikan kesempatan pada anak untuk bebas mengekspresikansecara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya,Permissiveness ini memberikan kepada ada kebebasan dalamberfikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dipikiranya.Menurut Sulaiman Sahlan dan Marwan, faktor yang mempengaruhikreativitas adalah sebagai berikut:9a. Faktor usia, disatu sisi seandainya alam kita dapat berkembang,kreativitas kita akan tetap berkembang berkat adanya latihan danberlawanan dengan kepercayaan umum. Imajinasi itu akan lebih kuatdisaat orang telah mencapai masa dewasa dibandingkan dengan dimasamuda.b. Faktor jenis kelamin, kekuatan otot kaum wanita lebih lemahdibandingkan dengan otot para kaum pria. Namun dalam imajinasiperbandingan ini tidak berlaku, sebagai bukti dari penelitian yangdilakukan oleh Johnson O’connor Fondation, menemukan bahwa rataratabakat kreatif kaum wanita 25% lebih tinggi disbanding dengankaum pria.c. Faktor pendidikan, menurut tes ilmiah, untuk mengetahui bakat kreatif,sedikit sekali atau bahkan tidak ada perbedaan antara orang terpelajardan tidak terpelajar dari kelompok usia yang sama dalam halkreativitas. Banyak orang berpendidikan tinggi dan menelorkan ide-ide yang menonjol, justru dalam hal ini yang penting adalah proses latihandan melakukan percobaan.d. Faktor usaha, faktor usaha dan kemauan yang keras akan mampumembentuk kebiasaan berupa peningkatan kreativitas kita dengan baik.Seperti yang dikatakan Brook Atkinson “kekuatan penggerak” yang“benar-benar menjadi pembeda” timgkat kreativitas bukanya tingkatbakat ilmiah.Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yangmempengaruhi kreativitas adalah: motivasi, kondisi eksternal, usia, jeniskelamin, Pendidikan, dan faktor usaha.Faktor-faktor tersebut tentunya dapat ditumbuhkan denganbeberapa kegiatan yang membawa pengaruh besar terhadappengembangan kreativitas, diantaranya adalah:10a. PermainanAda beragam permainan yang dapat mengembangkankemampuan bevariasi pada anak, sebagai contoh permainanpengembangan imajinasi dan memfokuskan perhatian, mengambilintisari dan bukti, waspada dan menemukan alternative penggantidalam beberapa situasi yang mendesak dan membantu mereka untukmengembangkan bakat mereka.Permainan imajinatif merupakan salah satu sarana yang dapatmengaktifkan kecerdasan anak dan menyelaraskannya. Sehingga, anak menyukai permainan imajinatif dapat menggapai keunggulan dantingkatan kecerdasan tertinggi. Kemampuan berbahasa danmenciptakan keselarasan social. Mereka juga memiliki kemampuanuntuk berinovasi, karena itu diharuskan untuk selalu memotivasi anakterhadap jenis permainan seperti ini.
11Permainan tradisional juga penting dalam mengembangkan danmengaktifkan kecerdasan anak, seperti memuaskan kegemaranpsikologi dan sosial pada anak, dan yang mengembalikan untukbekerjasama dan kerja kolektif, serta mengaktifkan kemampuankemampuanakalnya dengan menjaga, memperhatikan dan berfikiryang memang dituntut dalam permainan seperti ini.b. Cerita dan Buku-buku Imajinasi IlmiahMengembangkan pemikiran ilmiah pada anak dianggap sebagaiindikator penting bagi kecerdasan dan pengembangan. Buku ilmiahmembantu mengembangkan kecerdasan ini, sekaligus menyuguhkankepada mereka suatu metode berfikir ilmiah dan sistematis pada akalanak. Selanjutnya, juga dapat membantunya untuk mengembangkankecerdasan dan kreativitas, dan memajukan kemampuan dasar padaanak.Buku ilmiah bagi anak sekolah dapat membentuk berbagaipengertian ilmiah yang terbilang dan timbul pada masa kanak-kanak,dapat melejitkan anak dalam berfikir ilmiah, dan melakukan sendiri beberapa eksperimen ilmiah yang sederhana. Buku ilmiah jugamerupakan sarana supaya anak dapat merasakan sebagian pemahamanilmiah dan gaya berfikir yang benar dan lurus, serta menekankanpengembangan sisi positif anak terhadap ilmu pengetahuan dan paracendekiawan pada fase ini. 12Buku berperan penting dalam mengembangkan kecerdasananak. Jika sebuah buku disajikan dalam bentuk dan terbitan yangbagus disertai dangan unsur seni, dan gambar yang indah, secaraotomatis akan dapat menambah jenis sensitifitas anak dalammerasakan keindahan sesuatu. Hal ini sekaligus dapat mengembangkandaya ingat anak.c. Lukisan dan DekorasiLukisan dan dekorasi dapat membantu pengembangankecerdasan anak, yang dilakukan dengan cara mengembangkan hobbynyadalam bidang ini, disamping mengembangkan faktor-faktorkreativitas pada anak dengan cara menyingkap korelasi dan merasakanmodifikasi dengan menambah keindahan lukisan dan dekorasi.Lukisan anak menunjukan karakteristik fase perkembanganakal terutama dalam imajinasi anak, disamping sebagai salah satufaktor dalam mengaktifkan akal, hiburan, dan memusatkan perhatian d. Teater anakTeater anak memiliki peran penting dalam pengembangankecerdasan anak, peran ini tumbuh dari pendengaran anak terhadapdongeng dan cerita, dan melakukan permainan yang didasarkan padapola pandangan imajinatif. Seluruh langkah ini dapat mengembangkankemampuan berfikir, itu dikarenakan kemunculan dan perkembanganalat khusus untuk berkomunikasi (baca; bahasa) berfungsi untukmemperkaya model berfikir ini banyak ragamnya dan berkembangsecara sangat cepat dan cermat. 14Dengan demikian teater mampu mengembangkan bahasa yangselanjutnya mengembangkan kecerdasan pada anak, ia juga dapatmembantu anak memperlihatkan permainan imajinatif yangdimilikinya, kemudian anak-anak yang pergi ke teater sekolah mulaimenikmati dan berpartisipasi didalamnya dan memiliki tingkatantertinggi dalam hal kecerdasan, kemampuan berbahasa, keselarasansosial yang baik. Selain itu, mereka juga memiliki kapabilitasberinovasi yang anggu